Setelah isyarat yang kurang jelas pada awal Mei lalu mengenai rencana pemerintahan Trump untuk mengenakan tarif pada film-film produksi asing sebagai bagian dari perang proksi terhadap ekonomi global, Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali ke ide tersebut. Kali ini pun, ia tidak memberikan alasan yang masuk akal mengenai bagaimana atau mengapa pemerintah AS akan menerapkan tarif pada industri film global.
Di sela-sela kritiknya terhadap calon walikota NYC Zohran Mamdani dan ancaman tarif tidak masuk akal lainnya—termasuk terhadap negara yang tidak memproduksi furnitur di AS—Presiden Trump pagi ini lewat Truth Social kembali mengancam akan mengenakan tarif 100% untuk “semua film yang dibuat di luar Amerika Serikat.”
“Bisnis perfilman kita telah dicuri dari Amerika Serikat oleh negara lain, semudah mengambil ‘permen dari bayi’,” tulisnya sebelum menyasar salah satu target favoritnya, Gubernur California Gavin Newsom.
Sama seperti pernyataan pada Mei lalu, “pengumuman” Trump kali ini tidak dilengkapi rincian teknis mengenai implementasi dan penagihan tarif, sehingga memunculkan pertanyaan tentang kelayakannya secara hukum. Alasan di balik pengulangan ancaman ini juga tidak jelas, kecuali kecenderungan presiden untuk berubah-ubah dalam berbagai tuntutannya di media sosial.
Keyakinan Trump bahwa industri film AS kalah karena insentif pajak yang ditawarkan industri film luar negeri memang punya dasar. Pusat-pusat produksi di negara bagian seperti California dan Georgia kehilangan studio-studio besar yang memilih syuting di Inggris, Australia, dan Selandia Baru—negara yang menawarkan insentif tinggi serta biaya tenaga kerja lebih rendah.
Awal tahun ini, Marvel Studios meninggalkan markas lamanya di Atlanta, Georgia, untuk memusatkan produksi film seperti Fantastic Four: First Steps, Avengers: Doomsday, dan Spider-Man: Brand New Day di Inggris. Menanggapi hal ini, Gubernur Newsom meningkatkan batas kredit pajak untuk film dan TV di California dari $330 juta menjadi $750 juta, menyusul persaingan ketat dengan negara bagian lain dan pusat produksi global.
Namun, kebijakan tersebut mengabaikan fakta bahwa beberapa film memang sengaja dibuat di luar AS karena latar cerita yang tidak berhubungan dengan Amerika. Ancaman Trump juga tidak menjelaskan apakah tarif berlaku untuk film studio AS yang syuting di luar negeri, atau semua produksi film internasional. Seperti pada Mei lalu, industri televisi sekali lagi luput dari pembahasan.
Tanpa kejelasan langkah konkret dari pemerintahan Trump, sulit memprediksi respons industri film terhadap ancaman terbaru ini. Sebelumnya, Gedung Putih memberikan pernyataan mendamaikan usai komentar Trump di bulan Mei, menyatakan bahwa mereka masih mengeksplorasi cara untuk “Membuat Hollywood Kembali Hebat,” lalu bungkam selama berbulan-bulan.
Terlejut dari apa yang terjadi, tampaknya sikap pemerintah yang tidak konsisten kali ini tidak terlalu mengganggu industri film dibandingkan ancaman pertama mereka. CNN melaporkan pagi ini hanya saham Netflix yang turun 1%, sementara perusahaan lain seperti Disney dan AMC justru mengalami kenaikan.