Gelombang PHK Melanda Raksasa Farmasi dan Bioteknologi Sepanjang 2025, Apa Penyebabnya?

Sabtu, 13 September 2025 – 11:03 WIB

Jakarta, VIVA – Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran lagi mengguncang industri farmasi global sepanjang 2025. Data menunjukan, sektor biopharma ncatat setidaknya 128 putaran PHK cuma dalam paruh pertama tahun ini.

Baca Juga :


Raksasa Farmasi Umumkan PHK Besar-Besaran, 9.000 Karyawan Jadi Korban

Angka itu naik 32% dibanding periode yang sama di 2024, nandakan tekanan ekonomi yang makin dalam dan juga strategi efisiensi yang memukul ribuan pekerja di berbagai negara.

Bulan Mei 2025 jadi catatan paling kelam. Dalam satu bulan aja, tercatat 29 kali pemotongan tenaga kerja di perusahaan farmasi besar maupun kecil. Sampai mendekati akhir kuartal III, tren ini belum tunjukin tanda-tanda mereda.

Baca Juga :


Microsoft Cuan Miliaran Dolar, tapi PHK Jalan Terus

Ribuan pekerja, dari perusahaan farmasi raksasa sampai startup bioteknologi, terpaksa kehilangan kerjaan, sementara perusahaan terus hadapi tantangan serius: patent cliff, pendanaan seret, sama dorongan efisiensi buat kepentingan pemegang saham.

Baca Juga :


Bukan PHK Massal, Ini Dampak Lain AI di Perusahaan dan Pasar Kerja

Skala PHK Farmasi 2025

Melansir dari HR Digest, beberapa nama besar mendominasi daftar panjang pemotongan. Bristol Myers Squibb (BMS) tercatat paling agresif, dengan lebih dari 1.000 posisi dihapus pada semester I.

Rinciannya termasuk 516 orang di Lawrenceville, New Jersey pada Mei, 223 orang pada Maret, plus pemotongan skala lebih kecil di Redwood City, California.

Langkah ini bagian dari strategi penghematan US$3,5 miliar (sekitar Rp57,4 triliun) sampai 2027, menyusul habisnya masa paten beberapa obat andalan kayak Eliquis dan Opdivo.

Nggak kalah, Novartis motong 427 karyawan di kantor pusat AS pada Maret, disusul gelombang berikutnya sampai Oktober.

MEMBACA  Judul dalam bahasa Indonesia: "Starship SpaceX Kehilangan Kendali dan Terbakar Usai Mencapai Luar Angkasa" (Alternatif lebih formal jika diperlukan: "Wahana Starship SpaceX Berputar Tak Terkendali lalu Hangus Terbakar Setelah Tiba di Luar Angkasa")

Teva Pharmaceuticals umumkan rencana pemotongan terbesar: 2.893 posisi global sampai 2027, dengan target efisiensi US$700 juta (Rp11,4 triliun) per tahun.

Sementara itu, Bayer motong 2.000 peran di kuartal I sebagai bagian dari transformasi besar setelah sebelumnya lepas 11.000 posisi sejak 2023. Pfizer juga ikutan, putusin 100 karyawan di Washington pada Agustus, imbas akuisisi Seagen senilai US$43 miliar.

Merck nutup fasilitas di Pennsylvania, pengaruhi 163 pekerja. Sedangkan CSL dari Australia motong 15% dari total tenaga kerjanya, sekitar 29.000 orang.

Tahun Pahit Buat Bioteknologi

Kalau perusahaan besar lakukan efisiensi, sektor biotek malah terpukul lebih berat. PHK sering jadi “mode bertahan hidup.” Sage Therapeutics lepas 338 pegawai di Cambridge, Massachusetts, terkait akuisisi oleh Supernus Pharmaceuticals.

Recursion Pharmaceuticals motong 20% staf buat perpanjang “runway” kas sampai 2027. Vertex motong 125 pegawai, sementara Exelixis kurangi 130 pekerja dengan nutup fasilitas di Pennsylvania.

Banyak perusahaan kecil bahkan tutup total. Appia Bio tutup pada Agustus karena keabisan dana. Lyndra Therapeutics bangkrut pada Maret, sementara iTeos terpaksa berhenti usai kehilangan mitra riset. Unity Biotechnology bahkan lepas seluruh 16 pegawainya pada Mei, pertimbangkan penjualan atau penutupan permanen.

Kenapa PHK Farmasi 2025 Begitu Besar?

Para analis nilai, ada kombinasi faktor penyebab. Dari sisi big pharma, habisnya masa paten obat blockbuster dorong restrukturisasi besar-besaran. Buat bioteknologi, krisis pendanaan ventura jadi pemicu utama, maksa mereka lakukan PHK buat perpanjang nafas bisnis.

Faktor makro juga ikut memperburuk keadaan. Inflasi tinggi, tingkat pengangguran AS yang naik ke 4,2% pada Juli, sama ketidakpastian kebijakan suku bunga Federal Reserve nambah tekanan. Nggak heran, sektor kesehatan tercatat turun 3,3% di pasar modal, kebalikan sama sektor utilitas yang justru melesat.

MEMBACA  Nvidia dan Oracle Rencanakan "Superkomputer Terbesar" di Amerika untuk Trump

Prospek Suram Buat Pekerja

Para pekerja jadi korban terbesar dari gelombang efisiensi ini. Biaya pesangon pun membengkak, kayak Recursion yang keluarin US$11 juta (Rp180,4 miliar) dan Nkarta sekitar US$5,5–6,5 juta (Rp90,2–106,6 miliar). Komunitas farmasi di pusat riset kayak Massachusetts, California, dan New Jersey rasakan dampak paling nyata.

Dengan lebih dari 3.140 perusahaan global umumkan PHK massal sejak Januari 2025, para pengamat peringatin bahwa tahun ini bisa lewatin rekor kelam 2024.

Inovasi di bidang farmasi emang terus jalan, tapi pertanyaan besar muncul: apa efisiensi bisa jalan tanpa korbankan SDM yang justru jadi motor penggerak riset dan terobosan medis?

Halaman Selanjutnya

Rinciannya termasuk 516 orang di Lawrenceville, New Jersey pada Mei, 223 orang pada Maret, serta pemangkasan skala lebih kecil di Redwood City, California.