Eudia, sebuah startup AI dari Palo Alto, menawarkan hal yang baru: firma hukum pertama di dunia yang pakai AI. Tujuan mereka adalah untuk hapuskan sistem bayar per jam yang, kata CEO Omar Haroun, sudah tidak terkendali. "Banyak departemen hukum kehilangan kendali atas budget dan pengetahuan mereka," ujar Haroun. Dia bilang Eudia dibangun untuk bantu perusahaan dapatkan kembali kendali.
Haroun menjelaskan bahwa perusahaannya bekerja keras untuk wujudkan firma hukum ini. Arizona adalah satu-satunya negara bagian di Amerika yang tidak mewajibkan firma hukum dimiliki oleh pengacara. Eudia sendiri secara teknis bukan firma hukum, tapi sebuah perusahaan yang jadi "penyedia layanan firma hukum" di bawah program Arizona.
Perusahaan ini juga memperluas inisiatif AI for Good. Haroun percaya ekonomi AI bisa ubah kerja pro bono, yang merupakan alasan utama orang seperti dia masuk sekolah hukum. Haroun dapat gelar hukum dari Columbia Law School sebelum berkarier di dunia konsultan, tech, dan AI.
Banyak klien besar
Karier Haroun di AI sudah lebih dari 10 tahun dan memberinya banyak klien Fortune 500 sejak Eudia didirikan tahun 2023. Mark Smolik, penasihat umum untuk DHL, mengenal Haroun sejak lama dan mulai pakai AI "secara tidak sengaja" karena data perusahaannya berantakan. Setelah bertahun-tahun pakai Eudia, dia mengaku ada "penghematan besar".
Gary Hood dari Duracell juga jadi klien Eudia sejak awal. Katanya, menggunakan Eudia untuk kontrak dan due diligence adalah keputusan yang mudah. Perusahaan lain yang hadir di acara mereka termasuk Cargill, Coherent, Graybar, dan Intuit.
Haroun mengaku mereka siap untuk reaksi dari firma hukum besar. Banyak klien Eudia yang merasa frustasi karena firma hukum lain bilang pakai AI, tapi tagihan mereka malah naik.
Menurut laporan, klien korporat besar mulai kesal dengan sistem bayar per jam yang tetap mahal. Survei menunjukkan bahwa struktur billing alternatif mulai naik, tapi sistem bayar per jam masih sangat umum.
Haroun tidak mau bahas detail biaya, tapi dia tegaskan bahwa litigasi akan tetap butuh pengacara manusia. Namun, untuk review kontrak, AI sangat berguna. Dia juga menekankan bahwa layanan hukum AI harus dilihat sebagai hal yang baik.
Ubah tenaga kerja hukum?
Eudia mengumumkan perluasan besar untuk inisiatif AI for Good mereka untuk bantu hapuskan hambatan sistemik dan beri peluang ekonomi, khususnya untuk komunitas yang kurang terlayani di Arizona. Manfaatnya termasuk hapuskan hambatan praktis dan finansial untuk layanan hukum, dukung mobilitas ekonomi, dan berdayakan UKM.
Eudia berhasil dapat pendanaan $105 juta pada Februari 2025. Perusahaan ini harap ekspansi mereka di Arizona jadi tanda datangnya era baru untuk budget dan keadilan di hukum perusahaan.
Soal apakah AI akan ambil alih pekerjaan manusia, Haroun bilang Eudia tidak akan sukses hanya dengan jual tool AI. Karena itu, pada Juli mereka akuisisi Johnson Hana, sebuah firma layanan hukum Eropa, dan tambah lebih dari 300 pengacara. Haroun tegaskan bahwa nilai utama AI bukan di software, tapi di tenaga kerjanya. Pendiri Eudia, Ashish Agrawal, bilang ke Fortune dia sudah kerja di bidang AI selama 30 tahun di perusahaan seperti IBM, Apple, dan Google. Dia tidak kaget liat AI jadi populer sejak 2022. "Itu proses yang alami," kata Agrawal, yang juga CTO perusahan. Tapi, dia bilang input dari manusia tetep penting supaya AI bisa bekerja dengan baik untuk klien seperti DHL dan Duracell. Dia bilang AI itu seperti karyawan baru yang butuh kesabaran dan harus diintegrasikan secara "organik."
"Ada masalah kalo [platform AI] tidak ada kutipannya," katanya. "Kita jadi tidak tau datanya dari mana." Artinya, unsur manusia itu sangat penting.
Fortune Global Forum akan kembali pada 26–27 Oktober 2025 di Riyadh. CEO dan pemimpin global akan berkumpul untuk acara eksklusif yang membentuk masa depan bisnis. Ajuin untuk undangan.