Momentum untuk pengembangan antariksa sedang mengglobal dengan skala yang semakin meluas.
Perusahaan roket SpaceX, yang dipimpin CEO Elon Musk, telah menjalankan banyak misi sejak meluncurkan roket Falcon 9 yang dapat digunakan sebagian. Kini perusahaan itu membanggakan frekuensi peluncuran tertinggi di dunia, yang turut mendongkrak jumlah peluncuran roket global menjadi 254 pada tahun lalu. Angka ini menunjukkan peningkatan dramatis lebih dari 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya.
Di Jepang, Honda telah memulai pengembangan roket yang dapat digunakan ulang, dan baru pada Juni lalu dilaporkan berhasil lepas landas dan mendarat dalam uji penerbangan pertamanya. Meskipun Jepang digambarkan sebagai lokasi yang cocok untuk uji peluncuran roket berkat geografinya, hanya ada lima peluncuran di Jepang tahun lalu—jauh tertinggal dari jumlah peluncuran negara-negara dengan program antariksa maju seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Rusia.
Perusahaan Jepang &Space Project bertujuan membalikkan tren ini dan memperluas basis industri antariksa Jepang. Perusahaan tersebut meluncurkan inisiatif baru bekerja sama dengan Noon by Material Record, sebuah proyek riset dan pengembangan yang dipimpin Grup Nomura Corporation, yang memproduksi perangkat akustik dengan bahan berkelanjutan.
Kemitraan ini melahirkan Debris, sebuah speaker yang dibentuk dari tangki roket antariksa. Desainnya memasukkan bagian-bagian sisa dari tangki bahan bakar uji roket komersial yang diproduksi di kota Taiki, Hokkaido.
Acara peluncuran untuk Debris diadakan pada Juni lalu di CITAN, Nihonbashi.
PHOTOGRAPH: MASASHI URA
Taiki merupakan pusat industri antariksa Jepang dan rumah bagi Hokkaido Space Port, yang digunakan oleh perusahaan swasta dan lembaga riset universitas dari seluruh dunia yang terlibat dalam pengembangan antariksa. Lokasi ini juga digunakan oleh Honda untuk uji lepas landas dan pendaratan roket yang dapat dipakai ulang.