Mengapa Pemenang Booker Prize Internasional India Jadi Pusat Kontroversi Politik?

Cherylann Mollan
BBC News, Mumbai

Banu Mushtaq memenangkan International Booker Prize untuk antologi cerpennya Heart Lamp.

Penulis peraih International Booker Prize, Banu Mushtaq, mendapati dirinya berada dalam pusaran kontroversi setelah diundang untuk meresmikan sebuah festival terkemuka di negara bagian Karnataka, India selatan.

Pekan lalu, pemerintah negara bagian dari Partai Kongres mengumumkan bahwa Mushtaq – yang memenangkan penghargaan tersebut awal tahun ini untuk antologi cerpennya, Heart Lamp – akan meresmikan perayaan Mysuru Dasara di Mysuru (sebelumnya disebut Mysore).

Mysuru Dasara, yang juga disebut Naada Habba (kira-kira berarti ‘festival tanah’ dalam bahasa Kannada), adalah acara tahunan selama 10 hari yang telah dirayakan selama beberapa dekade.

Ribuan orang membanjiri kota untuk berpartisipasi dalam perayaan megah ini, yang mencakup pertunjukan budaya, parade gajah, pameran, dan kembang api.

Keputusan untuk mengundang Mushtaq memicu kritik dari beberapa pemimpin Bharatiya Janata Party (BJP) – yang merupakan oposisi di negara bagian tersebut – yang menyatakan bahwa Mushtaq, seorang Muslim kelahiran Karnataka, seharusnya tidak meresmikan sebuah festival Hindu.

Dussehra adalah festival Hindu yang merayakan kemenangan kebaikan atas kejahatan, tetapi Mysuru Dasara diselenggarakan oleh pemerintah negara bagian Karnataka dan orang-orang dari semua kepercayaan turut serta dalam perayaannya.

Mushtaq menyatakan bahwa ia merasa terhormat diundang ke festival tersebut dan merasa sangat terhubung dengannya, mengingat ia sendiri pernah berpartisipasi dalam perayaan itu semasa kecil.

Namun, meskipun ia telah menyatakan penghormatan terhadap festival itu, kontroversi ini enggan mereda.

Beberapa pemimpin BJP juga tersinggung dengan beberapa komentar Banu sebelumnya yang terkait dengan dewi Hindu Bhuvaneshwari, yang dianggap mewakili bahasa dan identitas Kannada.

Istana di Mysuru diterangi dengan ribuan lampu selama festival 10 hari tersebut.

MEMBACA  Lima Tewas dalam Serangan Udara Israel ke Tenda Pengungsi di Dekat Khan Younis, Menurut Tenaga Medis

Mushtaq mencetak sejarah awal tahun ini ketika ia menjadi penulis berbahasa Kannada pertama yang memenangkan Booker Internasional.

Buku pemenang penghargaannya, Heart Lamp, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Deepa Bhasthi, dipuji oleh para juri karena menampilkan tokoh-tokoh yang merupakan “potret ketahanan dan daya juang yang mengagumkan”.

Cerita-cerita Mushtaq, termasuk dalam Heart Lamp, berfokus pada tantangan yang dihadapi perempuan, khususnya perempuan Muslim, akibat konservatisme religius dan masyarakat yang sangat patriarkis.

Yang menarik, ia bukanlah orang Muslim pertama yang diundang untuk meresmikan festival Mysuru Dasara. Pada tahun 2017, KS Nisar Ahmed, seorang penyair dan penulis Kannada, telah mendapat kehormatan tersebut.

Namun, undangan kepada Mushtaq mendapat sorotan tajam dari BJP.

Anggota Parlemen BJP Yaduveer Wadiyar mengakui pengaruh Mushtaq pada penulisan Kannada, dengan menyatakan bahwa kemenangan Bookernya membawa “kebanggaan besar” bagi kalangan sastra Kannada.

Namun, ia menambahkan bahwa festival Mysuru Dasara bukanlah acara budaya melainkan festival keagamaan Hindu dan menuntut agar Mushtaq “menjelaskan penghormatannya” terhadap dua dewa Hindu yang terkait dengan festival tersebut sebelum menyetujui untuk meresmikannya.

Pemimpin BJP Pratap Simha mengatakan bahwa walaupun tidak masalah bagi Mushtaq untuk memimpin festival sastra, tidak dapat diterima baginya untuk menjadi tamu kehormatan utama di acara seperti Mysuru Dasara. Ia juga mempertanyakan apakah Mushtaq memiliki keyakinan terhadap dewi-dewi festival tersebut dan apakah ia mengikuti tradisi Hindu.

Seniman-seniman rakyat terkemuka mengadakan pertunjukan selama festival 10 hari tersebut.

Di tengah kritik tersebut, sebuah video pidato yang disampaikan Mushtaq pada Januari lalu mulai beredar daring.

Dalam pidatonya, ia mempertanyakan praktik mengaitkan dewa Hindu (Bhuvaneshwari) dengan bahasa dan identitas Kannada, dengan menunjukkan bahwa hal itu bersifat eksklusif bagi dirinya dan Muslim lainnya di negara bagian tersebut.

MEMBACA  Mengapa Israel Mengincar Jenin, Tepi Barat?

Mushtaq bukanlah penulis pertama yang memandang kaburnya identitas ini melalui kacamata kritis. Banyak penulis progresif dari negara bagian tersebut telah mengkritik apa yang mereka sebut sebagai “Hinduisasi” bahasa dan identitas Kannada.

Pendukung undangan kepada Mushtaq mengatakan bahwa perselisihan ini bukan hanya tentang identitas religiusnya, melainkan pertarungan yang lebih besar antara menjaga salah satu festival terbesar negara bagian agar terbuka dan menyambut semua keyakinan dengan mengubahnya menjadi acara mayoritarian.

“Mysuru Dasara adalah festival sekuler dan mengundang Banu untuk meresmikannya adalah salah satu hal terbaik yang dapat terjadi pada Karnataka. Mengubah ini menjadi isu tentang agama atau Hindutva [agenda nasionalis Hindu] adalah terkutuk,” kata Mamta Sagar, seorang penyair Kannada.

Sementara itu, Wakil Ketua Menteri Karnataka DK Shivakumar membela keputusan pemerintahannya untuk mengundang Mushtaq, dengan menyoroti karakter inklusif festival tersebut.

Mushtaq juga tidak menyerah pada tekanan untuk menolak undangan tersebut.

“Politikus aktif seharusnya memiliki sense tentang apa yang perlu dipolitisasi dan apa yang tidak,” katanya kepada surat kabar The Hindu.