Komet Antarbintang yang Satu Ini Semakin Aneh Saja

Sejak komet antarbintang 3I/ATLAS melesat ke lingkungan kosmik kita pada bulan Juli, para astronom telah berlomba untuk mengungkap karakteristiknya. Kini, setelah Teleskop Luar Angkasa James Webb yang canggih mengamati dengan seksama pengunjung es ini, ternyata ia jauh lebih aneh dari yang pernah dibayangkan siapa pun.

Sebuah naskah pracetak yang diajukan ke Astrophysical Journal Letters untuk tinjauan sejawat pada Senin, 25 Agustus, memaparkan hasil pertama dari survei JWST terhadap 3I/ATLAS.

Sebuah tim astronom mengamati komet tersebut dengan instrumen Near-Infrared Spectroscopic (NIRSpec) pada teleskop untuk mengukur komposisi koma-nya—awan gas dan debu yang mengelilingi intinya—dan menentukan apa yang mendorong aktivitasnya. Temuan mereka yang mengejutkan memberikan fokus yang lebih jelas tentang asal-usul 3I/ATLAS, membantu astronom menelusuri kembali perjalanan panjang komet ini ke tata surya kita.

3I/ATLAS, yang terdeteksi oleh teleskop survei ATLAS (Asteroid Terrestrial-impact Last Alert System) pada 1 Juli, hanyalah objek antarbintang ketiga yang pernah ditemukan. Benda-benda langit ini berasal dari sistem bintang di luar sistem kita sendiri. Mempelajari mereka memberikan sekilas pandang tentang kondisi dan proses yang membentuk sistem-sistem jauh tersebut. Selama dua bulan terakhir, para peneliti telah berhasil mengungkap detil tak tertandingi tentang pengunjung kosmik terbaru ini.

JWST mengintai karakteristik yang tidak biasa

Kini, JWST telah mengungkap lebih banyak lagi fitur khas 3I/ATLAS. Sebagian besar komet memiliki koma yang didominasi air, tetapi komet ini penuh dengan karbon dioksida, menurut studi tersebut. Bahkan, para peneliti menemukan bahwa rasio karbon dioksida terhadap airnya termasuk yang tertinggi yang pernah diamati pada komet mana pun. Hal ini mungkin mengindikasikan bahwa 3I/ATLAS memiliki inti yang secara intrinsik kaya akan karbon dioksida, menyarankan ia terbentuk di lingkungan dengan tingkat radiasi yang lebih tinggi daripada tata surya kita.

MEMBACA  Kehilangan yang tak terbayangkan: Makedonia Utara terguncang oleh kebakaran mematikan di klub malam | Berita dalam Gambar

Alternatifnya, koma yang didominasi karbon dioksida mungkin menunjukkan bahwa 3I/ATLAS terbentuk di dekat garis es CO2 dalam cakram protoplanet yang mengelilingi bintang induknya, menurut para peneliti. Ini adalah jarak dari bintang muda di mana suhu turun cukup rendah bagi gas karbon dioksida untuk membeku menjadi es. Selain itu, kurangnya air dalam koma menunjuk pada sifat permukaan yang tidak biasa—atau mungkin kerak yang menginsulasi—yang dapat mencegah panas menembus inti es komet.

Sebuah komet yang tak seperti yang lain

Temuan baru ini menyiratkan bahwa komet tersebut terbentuk dalam kondisi yang jauh berbeda dari yang ada di sudut galaksi kita, menambah daftar panjang sifat yang membuatnya tidak seperti yang pernah dilihat sebelumnya. Sebelum survei JWST ini, para astronom menemukan bukti yang menunjukkan 3I/ATLAS adalah komet antarbintang tertua yang pernah ditemukan—berpotensi lebih tua dari tata surya kita. Ini, ditambah dengan trajektorinya, menyarankan ia berasal dari sistem bintang berusia relatif tua dan bermetalisitas rendah di “cakram tebal” Bima Sakti—bagian galaksi yang mengandung 10% dari total massa bintangnya.

Para astronom telah mengemukakan banyak informasi baru yang menakjubkan tentang 3I/ATLAS sejak penemuannya, tetapi ini hanyalah permulaan. Para ahli memperkirakan komet ini akan tetap dapat diamati hingga pertengahan 2026, memberikan banyak peluang penelitian. Semakin banyak informasi yang dikumpulkan ilmuwan tentang objek antarbintang ini, semakin dekat mereka untuk mengungkap rahasia asal-usulnya.