Jakarta (ANTARA) – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pengembangan Daerah Agus Harimurti Yudhoyono menekankan bahwa perjalanan Indonesia menuju transisi energi dan ekonomi hijau harus inklusif dan adil.
“Perjalanan menuju keberlanjutan harus pragmatis, adil, dan didukung oleh sumber daya yang nyata,” ujarnya di Jakarta pada Sabtu.
Dia mencatat bahwa di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, pemerintah berusaha mengadopsi pendekatan terintegrasi, memperkuat ketahanan pangan dan air melalui pertanian, irigasi, dan logistik yang lebih baik.
Selain itu, Indonesia juga bertujuan untuk mewujudkan ketahanan energi dengan memperluas penggunaan energi terbarukan seperti panas bumi dan tenaga air, mengolah sampah menjadi energi, dan mengembangkan infrastruktur yang tahan terhadap perubahan iklim.
“Peringatan 100 tahun Indonesia di 2045 tidak hanya akan dilihat dari produk domestik bruto (PDB) tetapi juga apakah pertumbuhan kita kuat dan merata, dinamis dan berkelanjutan,” ungkapnya.
“Kita tidak bisa bergantung pada model pertumbuhan lama, yang di dorong oleh ketergantungan pada bahan bakar fosil dan praktik ekstraktif,” tambahnya.
Pendekatan ini, lanjutnya, memiliki risiko lebih tinggi untuk menimbulkan polusi udara, penurunan kualitas ekosistem, dan melemahnya daya saing dalam jangka panjang.
“Untuk itu, masa depan harus dibangun dengan infrastruktur berkelanjutan, yang tidak hanya tahan lama dan efisien tetapi juga rendah karbon, tahan iklim, dan inklusif,” paparnya.
Lebih lanjut, untuk mencapai tujuan tersebut, dia juga menekankan perlunya berinvestasi dalam sumber daya manusia, yang sama pentingnya dengan berinvestasi dalam pembangunan infrastruktur fisik.
“Bertransformasi energi berarti meningkatkan tidak hanya teknologi tetapi juga sumber daya manusia. Menyelaraskan infrastruktur dengan energi, kesejahteraan dengan keberlanjutan, dan keadilan dengan ketahanan adalah jalan kita menuju Indonesia Emas 2045,” kata menteri tersebut.