Antara Solidaritas, Verifikasi Fakta, dan Integritas dalam Gerakan

Refleksi Kritis Tentang Tagar #WomenSupportWomen dalam Kasus Erika Carlina: Antara Solidaritas, Verifikasi Fakta, dan Integritas Gerakan

Loading…

Laksmi Rachmaria, S.Sos., M.I.Kom
Dosen Tetap di Fakultas Komunikasi & Desain Kreatif, Universitas Budi Luhur
Mahasiswa Pascasarjana, Program Doktoral Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas Padjadjaran

Tagar #WomenSupportWomen udah jadi simbol solidaritas antarperempuan dalam memperjuangin hak, kesetaraan, dan ruang aman di tengah budaya patriarki yang sering bikin perempuan berada di posisi lemah. Tagar ini tujuannya buat memperkuat perempuan di berbagai aspek kehidupan, dorong kesetaraan gender, dan lawan struktur patriarki yang suka bungkam suara perempuan.

Gerakan ini bertujuan buat bikin jaringan dukungan yang saling menguatkan, baik secara emosional maupun lewat sistem. Di era digital, dukungan ini sering muncul lewat gerakan online kayak hashtag feminism dan networked feminism.

Hashtag feminism adalah bentuk aktivisme yang pake tagar di medsos buat sebarluaskan kesadaran, bikin komunitas, dan gerakin dukungan buat isu feminis. Gerakan ini bisa diliat di kampanye kayak #MeToo dan #YesAllWomen yang kumpulin cerita pengalaman pribadi buat lawan seksisme dan pelecehan.

Networked feminism adalah gerakan feminis yang manfaatin jaringan digital dan medsos sebagai ruang buat perkuat solidaritas dan mobilisasi aksi. Kedua konsep ini jadi ciri khas feminisme gelombang keempat, yang fokus pada konektivitas, keberagaman, dan keterbukaan lewat teknologi.

Tapi, di era medsos, tagar ini juga hadapi tantangan serius, apalagi kalo dipake tanpa verifikasi fakta atau konteks yang jelas. Kasus publik kayak yang melibatin Erika Carlina nunjukin gimana tagar ini bisa disalahgunakan.

Bukannya jadi alat solidaritas yang sehat, tagar justru bisa bikin opini publik jadi sepihak. Ini nimbulin pertanyaan penting: Apa solidaritas harus selalu berarti dukung tanpa syarat, atau justru butuh sikap kritis biar gerakan tetep punya integritas?

MEMBACA  Perempuan Divonis dalam Penyitaan Bitcoin 'Terbesar' di Dunia

Pseudo-Feminism: Penyalahgunaan Solidaritas

Pseudo-feminism adalah penyalahgunaan ide dan simbol feminisme buat tujuan yang ga sejalan dengan prinsip kesetaraan gender. Di sini, dukungan ke seseorang cuma karena dia perempuan, bukan karena fakta atau kebenaran kasusnya.

Fenomena ini bisa ngebuat tujuan utama feminisme—perjuangin keadilan untuk semua tanpa lihat gender—jadi kabur. Pseudo-feminism juga bisa muncul sebagai strategi pemasaran atau politik yang pake citra feminisme buat kepentingan tertentu, yang dikenal sebagai pinkwashing.

Gerakan "women support women" awalnya muncul dari kebutuhan perempuan buat saling dukung hadapi diskriminasi, kekerasan gender, pelecehan seksual, dan penindasan sistemik. Menurut Hooks (2000), solidaritas perempuan berakar pada kesadaran kolektif bahwa pengalaman penindasan sering bersifat sistemik, jadi butuh dukungan lintas individu dan komunitas.