Samarinda (ANTARA) – Cabang IDAI Kalimantan Timur telah melakukan pemeriksaan kesehatan balita di 10 kabupaten sebagai upaya menurunkan stunting, yaitu gangguan pertumbuhan akibat kurang gizi kronis.
Ketua IDAI Kaltim, Diane Meytha Supit, menjelaskan bahwa ini merupakan bagian dari program tanggung jawab sosial untuk meningkatkan layanan kesehatan anak di fasilitas dasar seperti puskesmas, dengan pendampingan dokter spesialis anak.
"Kami mulai dengan edukasi kader kesehatan, lalu lanjut ke kegiatan bakti masyarakat dan pemeriksaan tumbuh kembang di Puskesmas Lok Bahu, Sungai Kunjang, Samarinda," ujarnya.
Diane menekankan peran kader posyandu dalam deteksi dini gangguan pertumbuhan. Pengukuran tinggi atau berat badan yang tidak akurat bisa menyebabkan anak sehat dikira stunting, atau sebaliknya.
"Data akurat penting untuk intervensi yang tepat. Jika terdeteksi di posyandu, anak bisa cepat dirujuk ke puskesmas," jelasnya.
Lok Bahu dipilih karena kasus stuntingnya relatif tinggi, dengan sekitar 100 anak diperiksa ulang hari itu.
Program ini juga menjangkau daerah terpencil seperti Mahakam Ulu melalui program Wajib Kerja Dokter Spesialis (WKDS).
Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat Dinkes Samarinda, Rudy Agus Riyanto, menyebut angka stunting kota itu saat ini 20,2%, dengan target turun jadi 18,3% pada 2029 — di bawah target nasional 19%.
"Jika program berjalan konsisten, penurunan bisa lebih cepat. Kami juga butuh dukungan media untuk edukasi masyarakat," katanya.
IDAI Kaltim berupaya memperluas cakupan layanan kesehatan, terutama di daerah dengan stunting tinggi, demi generasi lebih sehat dan kuat di provinsi ini.
Berita terkait:
- Perlu data akurat untuk penanganan stunting tepat: pemerintah
- Gabung program gizi dan KB untuk tekan stunting: pemerintah
Penerjemah: Primayanti
Editor: Anton Santoso
Hak Cipta © ANTARA 2025