“Kau mau lebih?” Petugas Polisi Perbatasan Dituntut karena Menyerang Jurnalis

Kekerasan polisi terhadap wartawan telah menjadi tren yang semakin umum di Israel pasca Perang Israel-Hamas.

Seorang petugas polisi perbatasan didakwa atas penganiayaan terhadap seorang wartawan, menurut pengumuman Departemen Investigasi Polisi (PID) Kementrian Kehakiman pada Minggu.

Ini bukan insiden pertama yang dilaporkan, dan tren ini terus berlanjut seiring memburuknya situasi keamanan sejak 7 Oktober dan Perang Israel-Hamas yang menyusul.

Pada 11 Februari 2024, polisi menerima laporan serangan teroris di Kota Tua Yerusalem. ‘A’, seorang wartawan, mendatangi lokasi untuk meliput. Petugas di tempat mengizinkannya berdiri di jalan terdekat.

Namun, polisi kemudian mendapat perintah untuk memblokir seluruh area dan mengosongkannya dari warga dan wartawan.

Komandan staf polisi perbatasan, Yazan Goaya dari Maghar, berada di lokasi. Timnya meminta A pergi, tetapi A menolak dan beberapa kali berusaha kembali. Setiap kali, dia didorong secara fisik.

Petugas mengejek dan menganiaya wartawan

Ketika A mencoba masuk lagi, Goaya berlari ke arahnya dan tanpa wewenang atau peringatan, mulai memukulnya dengan tongkat beberapa kali di tubuh bagian atas.

Akibatnya, A terjatuh ke pagar konstruksi di belakangnya. Goaya tak berhenti dan terus memukuli tanpa henti. Baru berhenti saat stafnya menariknya paksa.

A mendapat pertolongan medis di lokasi sebelum dievakuasi. Goaya yang melihatnya, menodongkan tongkat ke arah A dan berkata, “Mau lagi?”

Dia lalu memukul A sekali lagi tanpa ampun.

A akhirnya pergi dengan lengan kiri patah, cedera di lengan kanan, dan kaki.

MEMBACA  Pengepungan berdarah berakhir, pasukan Myanmar menguasai perbatasan barat