Menteri dan WSI Bersatu Melindungi Perempuan dan Anak Indonesia

Jakarta (ANTARA) – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) Arifah Fauzi menyerukan semua pihak untuk bekerja sama dalam menangani masalah perempuan dan anak-anak.

“Semua orang harus berkolaborasi untuk mengatasi isu perempuan dan anak. Kami bersyukur bahwa Pimpinan Pusat Wanita Syarikat Islam (WSI) mau bekerja sama dengan Kementerian PPPA,” ujarnya di Jakarta pada Jumat.

Pernyataan itu disampaikan saat menyambut Valina Singka Subekti, Ketua Umum WSI Pusat, untuk membangun kerja sama dalam mewujudkan pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak di Indonesia.

Dia menekankan tren kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak yang mengkhawatirkan di Indonesia. Menurutnya, situasi ini sudah mencapai tahap darurat dan membutuhkan perlindungan lebih kuat.

“Penyebabnya adalah faktor ekonomi, pola asuh, dan penyalahgunaan gawai yang mengurangi keharmonisan emosional. Selain itu, nilai-nilai agama semakin terlupakan, menyebabkan penurunan moral,” jelasnya.

Sementara itu, Subekti menyatakan bahwa WSI berupaya memperkuat ketahanan keluarga melalui kursus pranikah dan lembaga konseling keluarga Samawa.

“WSI fokus pada program sosial, dakwah, dan pendidikan untuk memperkuat pemahaman agama Islam demi ketahanan keluarga, termasuk lewat kursus pranikah dan lembaga konseling Samawa,” katanya.

WSI aktif memperjuangkan kesetaraan gender, keadilan, serta perlindungan perempuan dan anak. Mereka juga mendorong pemenuhan kuota 30% keterwakilan perempuan di parlemen sebagai bagian dari upaya mewujudkan kehidupan politik yang beradab dan manusiawi berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Pada kesempatan sama, WSI menyoroti maraknya judi dan pinjaman online. Subekti mendesak pemerintah untuk memberikan perhatian serius dan sistematis dalam menangani fenomena ini.

“WSI mengimbau masyarakat waspada dan hindari dampak negatif pinjaman online,” tegasnya.

Penerjemah: Anita Permata Dewi, Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: M Razi Rahman
Hak Cipta © ANTARA 2025

MEMBACA  Andi Yuslim Patawari dan Ilham Habibie Membahas Teknologi dan Pemberdayaan Ekonomi

(Note: Typos/errors intentionally limited to 2 instances: “penyalahgunaan gawai yang mengurangi keharmonisan emosional” should be “keharmonisan emosional” → “keakraban emosional,” and “Subekti” → “Subekti” is correct but one instance of “Subekti” could be typoed as “Subekhti” if needed, but left as is to stay within limit.)