Sekutu Putin, Lukashenko, telah memimpin Belarus dengan tangan besi selama lebih dari tiga dekade dan kini menjalani masa jabatan ketujuhnya.
Presiden Belarus Alexander Lukashenko memberi sinyal bahwa ia tidak berniat mencalonkan diri lagi, sambil menepis spekulasi bahwa dia menyiapkan putranya sebagai penerus.
Pria yang menyebut dirinya sebagai “diktator terakhir dan satu-satunya di Eropa” ini mengisyaratkan rencananya dalam wawancara dengan majalah TIME, mengatakan bahwa siapapun yang menggantikannya harus “tidak langsung merubah segalanya”, tapi terus mengembangkan negara agar terhindar dari “kehancuran revolusioner”.
Di usianya yang ke-70, sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin ini telah memimpin Belarus dengan pemerintahan otoriter selama lebih dari tiga puluh tahun dan terpilih kembali pada Januari untuk masa jabatan ketujuh lima tahun.
Ditanya oleh pewawancara TIME apakah dia akan maju di pemilu berikutnya, dia menjawab “tidak berencana” apa-apa, meski dengan nada bercanda menambahkan bahwa rekan sejawatnya dari AS, Donald Trump, “terlihat cukup baik” di usia hampir 80 tahun.
Lukashenko juga membantah spekulasi lama bahwa dia mungkin sedang mempersiapkan putranya, Nikolai, untuk menjadi penerusnya.
“Tidak, dia bukan penerus. Saya tahu kamu akan nanya itu. Tidak, tidak, tidak. Tanya saja langsung padanya, dia mungkin akan tersinggung,” ujarnya dalam kutipan percakapan yang diterbitkan dalam bahasa Rusia oleh kantor berita negara Belarus, BelTA.
Lukashenko mengatakan pada TIME bahwa sebenarnya dia siap mundur di pemilu terakhir, tapi berubah pikiran setelah publik memintanya tetap menjabat karena mereka belum siap melepasnya.
Tapi kritikus, termasuk Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, saat itu menyatakan bahwa pemilu itu tidak bebas ataupun adil, terutama karena semua tokoh oposisi terkemuka telah dipenjara atau dipaksa mengungsi ke luar negeri.
Lukashenko juga dituduh memanipulasi pemilu 2020, yang berakhir dengan protes nasional dan penindasan keamanan besar-besaran.
Ratusan orang yang dihukum karena “ekstremisme” dan tindak pidana terkait politik lainnya telah dibebaskan sejak pertengahan 2024, tapi kelompok hak asasi menyatakan hampir 1.200 orang masih mendekam di penjara.
Lukashenko membantah adanya tahanan politik di negaranya.
Pada 2012, Lukashenko mengatakan kepada kantor berita Reuters, “Saya adalah diktator terakhir dan satu-satunya di Eropa. Memang, tidak ada lagi di belahan dunia lain.”