India dan Filipina telah menyelenggarakan latihan laut gabungan perdana mereka di Laut China Selatan yang diperebutkan.
Pengerahan militer bersama selama dua hari yang dimulai Minggu kemarin kemungkinan akan memancing kemarahan China, yang mengklaim hampir seluruh wilayah perairan strategis ini dan memiliki sengketa teritorial terpisah dengan kedua negara Asia tersebut.
Kepala Staf Filipina Romeo Brawner Jr mengatakan pada Senin bahwa pelayaran gabungan itu berlangsung di dalam zona ekonomi eksklusif negaranya.
“Kami tidak mengalami insiden apapun yang tidak diinginkan, tapi masih ada yang mengawasi kami—seperti yang sudah kami antisipasi,” kata Brawner kepada wartawan, tanpa menyebut China secara spesifik.
Dalam patroli gabungan sebelumnya dengan angkatan laut asing lain, kapal-kapal angkatan laut dan penjaga pantai China tetap mengawasi dari jarak jauh, menurut militer Filipina.
Kapal perang India yang terlibat termasuk kapal penghancur berpandu misil INS Delhi, kapal tanker INS Shakti, dan korvet INS Kiltan. Filipina mengerahkan dua fregat, BRP Miguel Malvar dan BRP Jose Rizal.
Latihan ini bertepatan dengan keberangkatan Presiden Ferdinand Marcos untuk kunjungan lima hari ke India, di mana ia menyatakan akan memperdalam kerja sama maritim dan mencari kolaborasi di sektor pertahanan, farmasi, dan pertanian.
Sementara itu, Brawner berharap pasukan Filipina dapat lebih sering berlatih bersama militer India di masa depan.
Menurutnya, latihan ini “mengirim sinyal kuat tentang solidaritas, kekuatan dalam kemitraan, dan semangat kerjasama antara dua demokrasi dinamis di Indo-Pasifik.”
Kementerian Luar Negeri China dalam pernyataannya menegaskan bahwa sengketa teritorial dan maritim harus diselesaikan antar negara terkait langsung, tanpa campur tangan pihak ketiga.
Menjawab pertanyaan pekan lalu soal rencana Filipina memperkuat kerja sama militer, Kementerian Pertahanan China menyebut negara itu sebagai “pembuat onar” yang bersekutu dengan kekuatan asing untuk memicu masalah di wilayah yang dianggap China sebagai perairan teritorialnya.
“China tidak pernah goyah dalam tekadnya untuk melindungi kedaulatan teritorial dan hak maritim, serta akan mengambil tindakan tegas menanggapi provokasi apapun dari Filipina,” kata juru bicara Zhang Xiaogang kepada wartawan.
Laut China Selatan adalah jalur pelayaran strategis dengan perdagangan laut mencapai $3 triliun per tahun.
Keputusan mahkamah arbitrase internasional pada 2016 menyatakan klaim luas China tidak berdasar menurut hukum internasional, namun Beijing menolaknya.