Generasi millennial udh resmi ngambil alih Generasi X sebagai kelompok manager terbanyak di dunia kerja Amerika di tahun 2025. Pergantian generasi ini ga cuma menarik secara demografi, tapi jg menandai perubahan besar dalam gaya kepemimpinan karena gaya manajemen millennial beda sama generasi sebelumnya.
Menurut laporan Worklife Trends dari Glassdoor, millennial jadi mayoritas manager di akhir Juni 2025, lewatin Gen X yg mendominasi 2 dekade terakhir. Proyeksi ekonom Glassdoor Daniel Zhao bilang, Gen Z bakal lebih banyak jadi manager drpd baby boomers di akhir 2025 atau 2026. Sekarang aja, Gen Z udh 1 dari 10 manager.
Millennial emang udh jadi generasi terbanyak di dunia kerja sejak 2010-an. Mereka naik pangkat karena baby boomers pensiun plus ada perubahan sikap soal kepemimpinan. Ini udh diprediksi bertahun-tahun soal pengaruh nilai-nilai millennial di tempat kerja.
Zhao bilang ke Fortune, millennial mewarisi situasi sulit, tapi bisa lebih parah. Pekerja skrg ga merasa kondisi mereka bagus, tapi Zhao catat situasi ga memburuk sejak laporan terakhir Januari 2025.
Menurut Zhao, kondisi pekerjaan skrg yg mayoritas dikelola millennial itu “biasa aja”. “Paling ngga pekerja ga merasa lebih buruk,” katanya. “Ga tau bisa disebut hikmah atau ngga.”
Millennial menghadapi ‘krisis burnout’
Millennial dikenal bawa nilai “empati” dan “kesehatan mental” ke budaya manajemen. Mereka prioritaskan kerja remote, tunjangan kesehatan mental, dan batasan kerja. Tapi millennial sendiri mengalami burnout, stres, dan rasa ga aman kerja yg tinggi. Banyak ahli peringatkan bakal ada “manager crash” di 2025.
Zhao bilang tantangan kesehatan mental ga berkurang. Burnout disebut “krisis berkelanjutan”, dengan sebutan di review Glassdoor naik 73% per Mei 2025. “Review burnout sering sebut efek PHK dan kurangnya staf yg mempengaruhi karyawan yg tersisa.”
Istilah “burnout” emang udh identik sama millennial sejak artikel viral Buzzfeed 2019. Rata-rata bawahan per manager udh hampir dobel beberapa tahun terakhir, nambahin stres ke generasi burnout pas mereka jadi mayoritas manager.
Zhao bilang banyak manager millennial, terutama yg umur 30-40an, masuk fase “generasi sandwich” yg dulu khas Gen X: “Millennial skrg di titik tekanan karir paling tinggi tapi jg ada tekanan pribadi yg bikin stres.” Mereka “terjepit antara dua pilihan sulit”.
Banyak manager millennial ngaku dapet sedikit atau ga ada pelatihan kepemimpinan formal. Mereka ga siap urus tim multi-generasi dan perubahan cepat di perusahaan. Meski peduli empati, millennial yg ciptakan istilah “ghosting” dan sering kesulitan hadapi konflik langsung. Mereka juga dijuluki “generasi piala partisipasi”, dengan kritik kalau manager millennial terlalu ingin berteman sama bawahan.
Sisi lain kecerdasan emosional
Zhao bilang stereotype manager millennial fokus pada empati punya sisi lain. Review Glassdoor 5 tahun terakhir makin sering sebut istilah terkait kecerdasan emosional seperti “menghargai batasan” dan “peduli kesehatan mental karyawan”. Ini menunjukkan ekspektasi pekerja naik: “Standar manager yg baik sekarang lebih tinggi.”
Bukan berarti millennial lebih berbakat secara emosional, tapi itu ekspektasi dari bawahan mereka. Istilah “kecerdasan emosional” baru populer di abad 21. Ironisnya, generasi yg populerkan konsep ini sekarang harus mengelolanya.
Meski millennial coba bangun kepercayaan dan beri apresiasi, perbedaan generasi tetap ada. Survei Deloitte tunjukkan millennial sendiri ingin lebih banyak feedback dan kesempatan berkembang, baik untuk tim maupun karir mereka.
Ini mungkin sebab millennial dijuluki “bos keren”. Konten media sosial mengkritik manager millennial yg kaburkan batasan bos-teman. Gaya santai ini bisa bikin harapan ga jelas dan bikin stres bawahan. Saat perlu beri kritik, perubahan sikap bos yg tiba-tiba bisa bikin kaget.
Banyak manager millennial kesulitan tetapkan batasan jelas dengan tim. Generasi muda seperti Gen Z lebih suka hierarki datar, bikin peran dan ekspektasi makin ga jelas.
Zhao bilang manager millennial jalani garis yg sangat tipis skrg. Mereka harus di puncak karir sambil urus anak, orang tua, bahkan keluarga lansia. “Dari sisi pengasuhan,” kata Zhao, “banyak diskusi soal celah… di ekonomi AS skrg.”
Untuk artikel ini, Fortune pake AI buat bantu draft awal. Editor verifikasi keakuratan informasi sebelum publikasi.