Jakarta, VIVA – Di tengah kondisi ekonomi global yg tidak pasti dan kecemasan finansial setelah pandemi, muncul tren keuangan baru bernama “revenge saving”. Kalau kamu pernah dengar istilah revenge spending (belanja besar-besaran sebagai pelampiasan setelah pembatasan pandemi), revenge saving adalah kebalikannya.
Sekarang, banyak orang, terutama anak muda dan pekerja kota, malah memilih nabung besar-besaran sebagai reaksi atas gaya hidup boros sebelumnya. Mereka merasa perlu “balas dendam” dengan mengurangi pengeluaran dan memperbanyak tabungan. Inilah yg disebut revenge saving.
Fenomena ini rame di AS dan mulai terasa di berbagai negara, termasuk Indonesia.
Baca Juga:
Peluang IHSG Reli Terbuka, Intip 5 Rekomendasi Saham Pilihan Analis
Apa Itu Revenge Saving?
Baca Juga:
Analis Prediksi IHSG Lanjut Reli, Pantau 5 Rekomendasi Saham Potensial Cuan Ini
Menurut Yahoo Finance, revenge saving adalah tren menabung agresif sebagai bentuk koreksi setelah tekanan finansial atau penyesalan belanja. Tren ini makin populer di 2025, di mana orang lebih memilih menyimpan uang ekstra untuk kondisi darurat.
Ini bukan sekadar menabung biasa, tapi lebih ke gaya hidup hemat ekstrim. Banyak yg sengaja hindari pengeluaran hiburan, belanja impulsif, bahkan liburan demi keamanan finansial.
Kenapa Revenge Saving Populer?
- Rasa bersalah setelah belanja boros pasca-pandemi.
- Ekonomi tidak stabil (inflasi, resiko resesi).
- Sadar finansial karena pandemi, orang lebih prioritaskan dana darurat.
- Pengaruh medsos (konten frugal living & financial freedom).
Ciri-ciri Pelaku Revenge Saving
- Tiba-tiba stop pengeluaran hiburan.
- Nabung 30-50% dari gaji.
- Cemas kalo ga bisa nabung banyak.
- Pilih naik transportasi umum ketimbang ojol.
- Ga mau beli barang baru meski mampu.
Tips Revenge Saving yang Sehat
- Otomatiskan tabungan di awal bulan.
- Coba “no-buy month” (hanya beli kebutuhan pokok).
- Batalkan langganan digital yg jarang dipakai.
- Tetapkan target realistis (misal Rp10 juta dalam 6 bulan).
- Jaga keseimbangan – jangan sampai stres karena terlalu hemat.
Apakah Revenge Saving Baik?
Secara umum, ini positif selama tidak berlebihan. Di sisi lain, kalau sampe stres atau merasa bersalah saat belanja kebutuhan dasar, mungkin perlu dikurangi.
Tren ini menunjukkan perubahan pola pikir masyarakat dari konsumtif ke lebih hati-hati dalam keuangan. Di tengah ketidakpastian ekonomi, revenge saving bisa jadi langkah awal mencapai stabilitas finansial jangka panjang.