Otoritas mengirim pasukan untk meredakan situasi setelah pertikaian meletus antara suku Badui dan komunitas Druze.
Bentrokan antara suku Badui dan pejuang lokal di kota Sweida, Suriah selatan—yang mayoritas penduduknya Druze—telah menewaskan beberapa orang.
Bentrokan pada Minggu ini merupakan awal kekerasan mematikan di wilayah tersebut sejak konflik antara anggota komunitas Druze dan pasukan keamanan menewaskan puluhan orang pada April dan Mei lalu.
Suriah Observatory for Human Rights, lembaga pemantau berbasis di Inggris, menyebut setidaknya delapan orang tewas: enam Druze dan dua Badui.
Sumber medis yang dikutip media lokal Sweida 24 melaporkan korban sementara tujuh orang meninggal, “termasuk seorang anak, serta sekitar 32 lainnya luka-luka akibat baku tembak dan tembakan balasan di lingkungan Maqus,” sebelah timur kota Sweida.
Media itu juga memberitakan penutupan jalan raya Damaskus-Sweida karena kekerasan tersebut.
Seorang sumber pemerintah Suriah, berbicara secara anonim ke AFP, menyatakan otoritas mengirim tentara untuk meredakan ketegangan.
Seruan untuk Menahan Diri
Gubernur Sweida, Mustapha al-Bakour, menyerukan warga agar “menahan diri dan merespon seruan nasional untuk reformasi.”
Populasi Druze di Suriah berjumlah sekitar 700.000, dengan Sweida sebagai pusat komunitas terbesar mereka.
Suku Badui dan faksi Druze memiliki perseteruan lama di Sweida, yang kadang memicu kekerasan.
Sejak tumbangnya penguasa Suriah Bashar al-Assad pada Desember lalu, muncul kekhawatiran atas hak dan keamanan minoritas di bawah pemerintahan baru, yang juga kesulitan memulihkan keamanan secara menyeluruh.
Bentrokan antara pasukan dan pejuang Druze pada April dan Mei menewaskan puluhan orang, sebelum pemimpin lokal dan tokoh agama menandatangani perjanjian untuk mencegah eskalasi dan mengintegrasikan pejuang Druze ke pemerintahan baru.