Peminjam pinjaman pelajar kini menghadapi era baru yg sulit. Pemerintahan Trump mulai memotong gaji orang yg gagal bayar, dan jutaan orang yg ikut program pembayaran era Biden dikenakan bunga lagi. Krisis ini makin parah, tapi ada cara bagi perusahaan untuk bantu karyawan yg kesusahan.
Ada beberapa manfaat yg bisa perusahaan tawarkan, seperti mencocokkan pembayaran pinjaman dgn tabungan pensiun, tukar cuti jadi uang, konseling keuangan, dan program bantuan pendidikan.
Tapi tantangan terbesar bagi pemimpin bisnis adalah meyakinkan atasan mereka utk menawarkan manfaat ini. Hanya 9% perusahaan yg menawarkan bantuan pinjaman pelajar di 2024, menurut survei SHRM.
“Ini evolusi dan pengakuan bahwa pinjaman pelajar itu nyata,” kata Stacey MacPhetres dari EdAssist. “Perusahaan mulai sadar ini bukan lagi tambahan, tapi kebutuhan.”
Membangun loyalitas
Pemotongan gaji berdampak besar pd keuangan dan skor kredit. Ini bisa pengaruhi kemampuan dapat pinjaman mobil atau rumah.
“Ini seperti gempa ekonomi bagi pekerja yg punya gelar,” kata Laurel Taylor dari Candidly. Masalah ini tak cuma utk anak muda, tapi juga orang usia 30-50an.
Perusahaan yg sadar beban karyawan dan tawarkan solusi bisa bangun rasa dihargai.
“Ini kesempatan tunjukkan empati, bangun loyalitas, dan bedakan brand di pasar kerja yg kompetitif.”
Manfaat pinjaman pelajar utk rekrutmen & retensi
Banyak perusahaan tawarkan bantuan ini utk pertahankan karyawan. Menurut laporan, perusahaan dgn manfaat ini bisa turunkan turnover 33-58%.
“Kalau ada dua perusahaan, yg tawarkan bantuan pinjaman pasti dipilih,” kata Ted Kane dari Brown & Brown.
Fokus pada program yg tdk mahal
Banyak pilihan yg tdk perlu biaya tambahan. Misalnya, alihkan dana pensiun ke bayar pinjaman, tukar cuti jadi uang, atau ubah bonus jadi cicilan bulanan.
Normal baru
Manfaat pinjaman pelajar makin populer. “Dulu cuma refinancing, sekarang perusahaan bayar langsung,” kata Kane.
MacPhetres bilang ini seperti tabungan pensiun di tahun 80an. Sekarang opsional, nanti jadi wajib.
“Ini selalu dibahas karyawan saat rencanakan masa depan. Perusahaan mulai sadar.”