Aktifis Universitas Columbia, Mahmoud Khalil, menyatakan bahwa pemerintahan Trump gagal menekan suara pro-Palestina, setelah ia dibebaskan dari tahanan imigrasi selama lebih dari tiga bulan.
“Keberadaan saya adalah pesan” bagi pemerintahan Trump, katanya kepada BBC setelah kembali ke New Jersey dari pusat penahanan di Louisiana. “Segala upaya utnuk membungkam suara pro-Palestina kini gagal.”
Khalil merupakan salah satu tokoh terkemuka dalam protes pro-Palestina di universitas New York tahun lalu, dan penangkapannya pada 8 Maret memicu unjuk rasa di New York dan Washington DC.
Pemerintah AS berusaha mendeportasinya dengan alasan aktivitasnya merugikan kepentingan kebijakan luar negeri.
Berbicara di bandara Newark, New Jersey, Khalil bersumpah akan terus memperjuangkan hak-hak rakyat Palestina serta hak imigran yang “tertinggal di fasilitas itu”—tempat ia ditahan di Louisiana.
Ia menuduh Gedung Putih berupaya “menghilangkan martabat siapapun yang tak sejalan dengan pemerintahan.”
Pernyataannya muncul sehari setelah hakim memerintahkan pembebasannya, menyimpulkan ia bukan risiko kabur atau ancaman bagi komunitasnya selama proses imigrasi berlangsung.
Pemerintahan Trump bertekad mengajukan banding atas pembebasannya sembari melanjutkan upaya mengusirnya dari AS.