Pembicaraan Dagang AS-China: Mungkinkah Ada Pencairan Setelah Telepon Trump-Xi? | Berita Bisnis dan Ekonomi

Pejabat tinggi AS dan China bertemu di London untuuk meredakan ketegangan perdagangan terkait mineral tanah jarang dan teknologi mutakhir, menyusul percakapan telepon antara Presiden Donald Trump dan Xi Jinping pekan lalu.

Dalam pertemuan hari Senin, kedua pihak berupaya melanjutkan kesepakatan awal di Jenewa pada Mei lalu yang sempat meredakan tensi antara Washington-Beijing dan memberikan kelegaan bagi investor yang terpukul oleh perang dagang global Trump selama berbulan-bulan.

Sejak itu, kesepakatan penundaan tarif di atas 100% selama 90 hari diikuti saling tuduh dari kedua belah pihak.

Namun setelah mencapai kesepahaman sementara dengan Xi terkait pasokan mineral strategis, Trump menyatakan pada Kamis bahwa ia yakin pertemuan London akan berjalan “sangat baik”.

Siapa pemimpin delegasi AS dan China?

Delegasi AS dipimpin Menteri Keuangan Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer. Sementara kontingen China akan dipimpin Wakil Perdana Menteri He Lifeng.

Lokasi pertemuan belum diumumkan.

Isi percakapan Xi-Trump pekan lalu

Pertemuan ini digelar empat hari setelah Trump dan Xi berbicara via telepon—interaksi langsung pertama sejak pelantikan Trump 20 Januari.

Trump menyebut percakapan selama lebih sejam tersebut fokus pada perdagangan dan mencapai “kesimpulan sangat positif” bagi kedua negara.

Di akun Truth Social-nya, Trump menulis: “Saya baru menyelesaikan pembicaraan telepon sangat baik dengan Presiden Xi dari China, membahas detail kesepakatan dagang kita yang baru disepakati.”

“Tak boleh ada lagi keraguan soal kompleksitas produk Tanah Jarang. Tim kita akan segera bertemu di lokasi yang ditentukan. Presiden Xi dengan ramah mengundang saya dan Ibu Negara berkunjung ke China,” tambahnya.

Xi dalam pernyataan di televisi negara menyebut kedua negara harus mengejar hasil win-win, dengan dialog dan kerja sama sebagai satu-satunya pilihan tepat.

MEMBACA  Kehadiran Kapal Induk AS Tercanggih: Rakyat Venezuela Dibayangi Rasa Takut dan Harapan

Kontrol ekspor AS dan dampaknya

Ketegangan muncul sehari setelah pengumuman kesepakatan Jenewa pada 12 Mei, ketika Departemen Perdagangan AS mengeluarkan pedoman bahwa penggunaan chip AI Ascend dari Huawei bisa melanggar kontrol ekspor.

Beijing mengecam langkah AS membatasi akses teknologi, menyebutnya upaya menghambat pengembangan chip AI mutakhir China.

Pada 15 Mei, Kementerian Perdagangan China He Yongqian menuding AS “menyalahgunakan kontrol ekspor” dan akan ambil langkah membela kepentingan bisnisnya.

Lisensi tanah jarang untuk perusahaan AS

Menanggapi tarif Trump 2 April, China sempat menunda ekspor enam logam tanah jarang berat pada 4 April—langkah yang mengguncang rantai pasok global industri otomotif hingga pertahanan.

China memproduksi 90% mineral tanah jarang dunia, komponen kritis untuk magnet permanen di berbagai teknologi tinggi.

Pada Sabtu lalu, Kementerian Perdagangan China menyatakan telah menyetujui sebagian ekspor tanah jarang, tanpa merinci negara penerima.

Pada Senin, tiga pemasok tanah jarang untuk General Motors, Ford, dan Stellantis mendapat izin ekspor dari Beijing.

Tantangan tersisa

Isu visa pelajar China menjadi titik gesekan baru setelah Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio mengumumkan pencabutan visa “secara agresif” pada 28 Mei.

Lebih dari 270.000 pelajar China tercatat di AS tahun akademik 2023-2024. Jurubicara Kemenlu China Mao Ning mengecam kebijakan ini sebagai “perusakan hak” pelajar China.

Isu lain seperti perdagangan fentanyl ilegal, status Taiwan, hingga model ekonomi China terus membayangi hubungan bilateral.

Trump sejauh ini hanya menandatangani satu kesepakatan dagang baru—dengan Inggris. Kebijakan penurunan tarif untuk barang China akan berakhir Agustus kecuali diperpanjang.