Trump dan Merz Bahas Perdagangan, Pengeluaran NATO, dan Perang Rusia di Ukraina

Kanselir Jerman Friedrich Merz Menyerukan AS untuk Lebih Menekan Rusia

Kanselir Jerman Friedrich Merz mendesak Amerika Serikat untuk meningkatkan tekanan pada Rusia guna mengakhiri perang tiga tahun terhadap Ukraina.

"Anda tahu kami memberikan dukungan ke Ukraina dan kami mencari lebih banyak tekanan pada Rusia," kata Merz kepada Presiden AS Donald Trump saat pembukaan pertemuan mereka di Oval Office pada Kamis.

Merz menekankan bahwa Jerman "berada di pihak Ukraina," sementara Trump menyamakan perang tersebut dengan pertengkaran dua anak kecil yang saling benci.

"Terkadang, lebih baik biarkan mereka bertarung sebentar baru pisahkan," ujar Trump. Dia menambahkan bahwa analogi itu disampaikannya ke Presiden Rusia Vladimir Putin dalam percakapan telepon mereka pada Rabu.

Ditanya soal komentar Trump saat mereka duduk berdampingan, Merz menegaskan bahwa ia dan Trump sepakat "soal perang ini dan betapa mengerikannya perang ini," sambil menyebut presiden AS sebagai "orang kunci di dunia" yang bisa menghentikan pertumpahan darah.

Jurnalis Al Jazeera Kimberly Halkett melaporkan, meski keduanya sepakat perang harus berakhir, cara mencapainya "tampaknya menjadi titik perselisihan."

"Yang kami lihat adalah kanselir Jerman menyoroti bahwa… Rusia terus menyerang target sipil, sementara Ukraina, menurut Jerman, fokusnya hanya pada target militer di Rusia," ujarnya dari Washington, DC.

Halkett menambahkan, Trump mengaku dalam pertemuan itu bahwa ia "memohon presiden Rusia untuk tidak membalas serangan yang terjadi akhir pekan lalu… tapi Vladimir Putin bersikeras akan menyerang."

Hubungan yang ‘Lumayan’

Pertemuan Kamis ini adalah pertama kalinya kedua pemimpin bertemu secara langsung. Setelah bertukar sapa—Merz memberi Trump sertifikat kelahiran berbingkai emas kakek Trump, Friedrich Trump, yang berimigrasi dari Jerman—mereka membahas isu seperti Ukraina, perdagangan, dan anggaran NATO.

MEMBACA  Pencabutan Visa AS untuk Presiden Kolombia Usai Kunjungan ke PBB

Trump dan Merz telah beberapa kali berbicara via telepon sejak Merz menjabat pada 6 Mei. Pejabat Jerman menyebut hubungan mereka mulai "lumayan," dengan Merz berusaha menghindari ketegangan seperti era Trump-Merkel.

Merz, 69 tahun, mantan rival Merkel yang berlatar belakang bisnis, kini memimpin partainya setelah Merkel pensiun.

Dia aktif berdiplomasi untuk Ukraina, mengunjungi Kyiv tak lama setelah menjabat dan menerima Zelenskyy di Berlin pekan lalu.

Merz berterima kasih pada Trump atas dukungannya untuk gencatan senjata tanpa syarat, tapi menolak ide "perdamaian dipaksakan" atau "penaklukan" Ukraina, serta mendukung sanksi lebih keras terhadap Rusia.

Dalam panggilan telepon pertama mereka, Trump berjanji mendukung upaya perdamaian Jerman dan Eropa, menurut rilis pemerintah Jerman. Merz juga bulan lalu menekankan pentingnya "kesatuan politik Barat" dan berusaha mempertahankan solidaritas AS-Eropa.

Di bawah pendahulunya, Olaf Scholz, Jerman menjadi penyumbang bantuan militer terbesar kedua untuk Ukraina setelah AS. Merz berjanji melanjutkan dukungan, termasuk membantu Ukraina kembangkan sistem misil jarak jauh tanpa batasan.

Di dalam negeri, pemerintah Merz memperkuat militer Jerman, langkah yang dimulai Scholz setelah invasi Rusia. Di masa jabatan pertama Trump, Jerman kerap dikritik karena gagal memenuhi target belanja pertahanan NATO 2% dari PDB. Kini Trump menuntut minimal 5%.

Pejabat Gedung Putih menyebut KTT NATO di Belanda akhir bulan ini sebagai "kesempatan baik" bagi Jerman untuk berkomitmen pada target 5%.

Dalam pertemuan mereka, Trump memuji Merz sebagai "perwakilan baik" Jerman yang juga "sulit"—yang katanya sebuah pujian. Dia memastikan pasukan AS tetap di Jerman dan menyambut baik peningkatan anggaran pertahanan Berlin.

‘Tak Masalah dengan Tarif’

Prioritas utama Merz lainnya adalah memulihkan ekonomi Jerman, terbesar di Eropa, setelah dua tahun kontraksi. Dia ingin menjadikannya "lokomotif pertumbuhan," tapi ancaman tarif Trump jadi tantangan bagi negara yang mengandalkan ekspor.

MEMBACA  Uganda melawan wabah Ebola baru - dan krisis keengganan vaksin | Berita Kesehatan

Tahun lalu, Jerman mengekspor barang senilai $160 miliar ke AS—$85 miliar lebih besar dari impornya—defisit dagang yang ingin Trump hapus.

"Jerman salah satu investor terbesar di AS," kata Merz. "Hanya sedikit negara yang investasinya lebih besar dari Jerman di AS. Kami peringkat tiga dalam investasi langsung asing."

AS dan UE sedang bernegosiasi kesepakatan dagang yang krusial bagi ekonomi Jerman, tapi Trump menyatakan tak masalah baik dengan kesepakatan maupun tarif.

"Kami berharap bisa dapat kesepakatan dagang," kata Trump. "Saya tak masalah dengan tarif, atau kita buat kesepakatan."