Indonesia dapat memanfaatkan reset ekonomi global untuk memperkuat kualitas neraca perdagangannya dan pada gilirannya menghasilkan manfaat yang lebih besar bagi negara, menurut Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza.
Merujuk kepada negara-negara yang saat ini sedang mengevaluasi kembali ikatan perdagangannya, seperti Amerika Serikat dan Tiongkok, ia mencatat bahwa Indonesia dapat memanfaatkan pergeseran ini dengan mengisi kesenjangan pasar di negara-negara yang mengalami tekanan ekonomi akibat perubahan global.
Salah satu cara untuk memanfaatkan peluang ini dan meningkatkan neraca perdagangan Indonesia, yang ia sarankan, adalah dengan meningkatkan industri yang didorong oleh ekspor, seperti makanan dan minuman.
“Menurut pendapat saya, industri makanan dan minuman adalah salah satu sektor unggulan kita, mampu memenuhi kebutuhan pasokan makanan dan minuman global. Semoga ini juga didukung oleh pasokan bahan baku yang cukup,” kata Riza pada hari Selasa.
Seorang peneliti di Pusat Makroekonomi dan Keuangan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Ragimun, menyatakan bahwa untuk menjaga keseimbangan perdagangan nasional yang sehat, pemerintah harus mendiversifikasi produk olahan non-migas dan mengeksplorasi pasar ekspor baru.
ia mengutip neraca perdagangan Indonesia, yang mencatat surplus sebesar US$3,12 miliar pada Februari 2025, meskipun angka ini turun dari US$3,45 miliar pada bulan sebelumnya.
ia menggambarkan hal ini sebagai tanda kemajuan positif untuk sektor pengolahan non-migas dalam negeri.
“Ya, surplus itu bagus, terutama di sektor non-migas. Namun, destinasi ekspor kita biasanya sama—terutama Amerika Serikat, Tiongkok, atau India,” katanya.
Berita terkait: Indonesia berupaya mempertahankan surplus perdagangan di tengah tarif Trump
Berita terkait: RI optimis terhadap pertumbuhan perdagangan dan ekonomi yang berkelanjutan
Penerjemah: Ahmad Muzdaffar Fauzan, Yashinta Difa
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2025