Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Indonesia akan melakukan pengembangan industri kelapa sawit secara hulu-hilir dalam empat tahap, kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Rachmat Pambudy.
Karena merupakan komoditas strategis, berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2025–2045, pengembangan industri hulu-hilir kelapa sawit akan dilakukan dalam setidaknya empat tahap, katanya.
Mereka adalah penguatan ekosistem industrialisasi, peningkatan kapasitas produksi untuk kebutuhan domestik, peningkatan daya saing industri menuju ekspansi global, dan pencapaian ekspor bersih.
“Kami berharap bahwa pengembangan hulu-hilir kelapa sawit akan mendukung pertumbuhan yang tinggi dan berkelanjutan,” katanya dalam sebuah seminar online yang diselenggarakan oleh Universitas IPB pada hari Selasa.
Menurut Rachmat, pengembangan hulu-hilir kelapa sawit memiliki potensi yang baik, mengingat posisi Indonesia sebagai produsen utama minyak kelapa sawit mentah (CPO). Negara ini menyumbang 68,7 persen dari total produksi, tambahnya.
Selain itu, program-program prioritas pemerintah, seperti bahan bakar nabati wajib B35 serta program makanan bergizi gratis, diharapkan dapat meningkatkan permintaan untuk minyak kelapa sawit olahan.
Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa perkebunan kelapa sawit juga dapat mendukung swasembada pangan dengan mengadopsi mekanisme tumpangsari atau agroforestri, serta sistem integrasi sapi dan kelapa sawit (SISKA).
Sistem ini bertujuan untuk mendukung produksi pangan dan menjaga kualitas lingkungan, serta meningkatkan pendapatan petani.
Kelapa sawit memiliki potensi untuk mendukung keamanan energi dan mendukung pencapaian target campuran energi nasional, termasuk melalui pengembangan bahan bakar nabati, tegasnya.
Biomassa dari serat kelapa sawit, cangkang, tandan kosong, daun, dan batang replanting juga dapat berfungsi sebagai sumber energi alternatif.
Ia menginformasikan bahwa produksi dan pengelolaan kelapa sawit berpotensi mendukung implementasi ekonomi sirkular. Hal ini melibatkan pengalihan komponen kelapa sawit untuk digunakan kembali menjadi produk yang berguna.
Rachmat mengatakan bahwa perkebunan kelapa sawit dapat menyerap karbon dan melepaskan oksigen dengan tingkat yang berbeda dengan hutan.
“Konversi lahan menyebabkan emisi karbon, oleh karena itu, kita memerlukan pengelolaan kelapa sawit yang dapat mendukung program-program pengembangan berkarbon rendah dengan konversi lahan gambut serta implementasi pertanian regeneratif dan kelapa sawit berkelanjutan,” tambahnya.
Berita terkait: Papua Barat dapat menjadi contoh dalam pengembangan hulu-hilir kelapa sawit: Menteri
Berita terkait: Indonesia menyumbang 54% dari ekspor minyak kelapa sawit global: menteri
Berita terkait: Kalimantan Timur mendukung pengembangan hulu-hilir industri kelapa sawit nasional
Penerjemah: M. Baqir Idrus Alatas, Yashinta Difa
Editor: Azis Kurmala
Hak cipta © ANTARA 2025