BRIN mendukung penelitian berbasis kearifan lokal dalam pengobatan herbal

Jakarta (ANTARA) – Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko menegaskan dukungan BRIN untuk pengembangan riset dan inovasi berbasis kearifan lokal untuk produk obat herbal tradisional, sehingga dapat bersaing di pasar domestik maupun internasional.

“BRIN siap menjadi fasilitator dalam pengembangan produk obat herbal, terutama jika produsen ingin meningkatkan kategori produk ke Standar Obat Herbal (OHT) atau fitofarmaka,” ujar Handoko dalam sebuah pernyataan di sini pada Jumat.

Kepala lembaga tersebut menekankan pentingnya meningkatkan kualitas produk obat herbal melalui riset yang lebih mendalam, yang mencakup uji praklinis dan klinis yang luas, dengan memanfaatkan fasilitas pendukung BRIN.

Beliau menjelaskan bahwa BRIN memiliki infrastruktur lengkap, termasuk laboratorium standar Praktek Manufaktur yang Baik (GMP) dan fasilitas produksi terbatas untuk mendukung pengembangan produk.

Dengan memanfaatkan fasilitas ini, produsen dapat mengurangi biaya dan waktu tanpa mengganggu jalur produksi reguler mereka.

Handoko juga memperjuangkan validasi ilmiah dari obat herbal berdasarkan kearifan lokal. Beliau menyatakan bahwa riset mendalam untuk membuktikan manfaat obat herbal secara ilmiah dapat membuka peluang untuk mengembangkan produk baru.

“Inspirasi dari kearifan lokal dapat menjadi dasar inovasi. Dengan dukungan evaluasi genomik dan data lainnya, kita dapat mengembangkan produk yang lebih baik atau meningkatkan kualitas yang sudah ada,” ujarnya.

Maka dari itu, Handoko mengimbau produsen obat herbal dan Dewan Pengurus Pusat Ikatan Apoteker Indonesia (IAI) untuk terus meningkatkan kualitas produk mereka dan berkolaborasi lebih erat dengan BRIN.

“Kami mendukung langkah strategis ini. Semoga kolaborasi ini dapat meningkatkan citra obat herbal sebagai warisan budaya serta produk inovatif modern yang patut dibanggakan,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua Umum IAI, Daniel Tjen, memuji inisiatif BRIN dalam membuka peluang kolaborasi yang lebih luas, mengingat obat herbal merupakan bentuk kearifan lokal dengan sejarah yang kaya dari Sabang hingga Merauke.

MEMBACA  Ruben Onsu Akan Jujur tentang Alasan Gugat Cerai Sarwendah

“Obat herbal sering dianggap bersifat Jawa, padahal jika kita melihat sejarah, obat herbal tersebar di seluruh Nusantara. Misalnya, di Kalimantan Timur, Kerajaan Kutai juga memiliki tradisi obat herbal yang menggunakan bahasa daerah mereka. Ini akan menjadi fokus kami untuk mendokumentasikan dan melestarikan kearifan lokal ini,” tegasnya.

Daniel berharap adanya kerja sama riset lebih lanjut untuk meningkatkan obat herbal Indonesia ke tingkat yang lebih tinggi.

Berita terkait: Lima spesies siput darat Indonesia memiliki potensi obat herbal

Berita terkait: Kementerian meminta daerah menyediakan DAK untuk industri obat herbal

Berita terkait: Pemerintah akan mendukung pengembangan obat herbal, fitofarmaka

Translator: Sean Filo Muhamad, Katriana
Editor: Azis Kurmala
Copyright © ANTARA 2025

Tinggalkan komentar