“
China mempertimbangkan langkah besar untuk meninggalkan dolar AS. FOTO/AP
JAKARTA – Di tengah meningkatnya ketegangan antara BRICS dan Amerika Serikat (AS), ancaman tarif Donald Trump yang akan datang membuat China mempertimbangkan langkah besar untuk meninggalkan dolar. Tak lama setelah kemenangannya, Presiden terpilih AS ini memperingatkan bahwa ia akan memberlakukan tarif 100% pada negara-negara BRICS yang ingin meninggalkan greenback.
Langkah ini dipandang sebagai pertahanan utama dari Trump untuk melindungi status global dolar AS. Namun, aliansi BRICS tidak malu-malu dengan tujuannya untuk mendiversifikasi keuangan global.
Secara khusus, aliansi ini telah berusaha untuk mempromosikan mata uang lokal dibandingkan dolar selama dua tahun terakhir. Sejak tahun 2022, blok BRICS telah dengan tegas merangkul upaya dedolarisasi.
Setelah sanksi Barat dijatuhkan pada Rusia menyusul invasi ke Ukraina, aliansi ini mencari cara baru untuk mengurangi ketergantungannya pada mata uang. Sejak saat itu, pembicaraan mengenai aset penyelesaian perdagangan dan sistem pembayaran telah berkembang pesat.
Namun AS, dengan rezim baru yang akan datang, telah berusaha untuk mengakhiri hal tersebut. Meski demikian, hal itu tidak menghentikan blok ini untuk mempertahankan diri. Di tengah perseteruan BRICS dan AS, ancaman tarif 100% Trump telah terjawab, dengan China mengincar langkah kunci untuk meninggalkan dolar AS.
Sebuah laporan baru telah menyerukan agar China mengaitkan yuan ke mata uang non-dolar AS. Secara khusus, sebuah lembaga pemikir yang berbasis di Beijing mendesak para pembuat kebijakan untuk menjajaki sekumpulan mata uang untuk nilai tukar yuan. Langkah ini akan menciptakan lebih banyak fleksibilitas dalam hal kebijakan moneter domestik dan akan meningkatkan permintaan.
Kelompok China Finance 40 Forum, yang mengusulkan ide ini terdiri dari para pejabat senior regulator China dan para ahli keuangan. Selain itu, hal ini dirancang sebagai jawaban yang jelas untuk kekhawatiran, yang disampaikan oleh Donald Trump.
“Mengingat dolar yang lebih kuat dan ancaman tarif yang ditimbulkan oleh terpilihnya kembali Donald Trump, ketidakpastian eksternal yang meningkat dapat membatasi ruang gerak kebijakan moneter domestik yang bertujuan untuk menjaga keseimbangan internal dan eksternal,” ujar kelompok tersebut dilansir dari Warcher Guru, Senin (16/12/2024). Oleh karena itu, menemukan ‘jangkar baru’ untuk mata uang ini akan melawan tekanan AS.
(nng)
“