Mengangkat teh es, mendukung perekonomian

Seorang penjual teh di Magelang, Jawa Tengah, tiba-tiba mendapat perhatian luas setelah sebuah video viral di media sosial yang menggambarkan dia menghadapi pelecehan verbal melalui kata-kata kasar oleh seorang staf khusus presiden.

Di platform X, kata kunci “Gus Miftah,” “es teh,” dan “copot” menjadi topik yang sedang tren setelah pelecehan tersebut menarik respons negatif dari netizen, termasuk akun media sosial resmi Gerindra—partai yang didirikan oleh Presiden Prabowo Subianto.

“Jangan ada lagi pejabat yang lupa akan kata-kata presiden,” tulis admin Gerindra di TikTok, termasuk video potongan presiden.

Dalam klip tersebut, Prabowo menekankan bahwa dia “sangat menghormati” para pedagang kaki lima dan pengemudi ojek daring yang bekerja keras untuk “mencari nafkah” bagi keluarga mereka.

Kasus ini juga menarik perhatian internasional. Akun resmi Manchester United Indonesia, misalnya, memberikan komentar yang cerdas dan reflektif tentang kerja keras orang biasa.

“Mengangkat es teh atau mengangkat piala, keduanya sama-sama mulia,” kata MU Indonesia di X sambil merujuk pada video viral yang menampilkan Sunhaji, penjual teh, mengangkat nampan berisi gelas plastik es teh ketika diintimidasi oleh Gus Miftah.

Gus Miftah adalah nama terkenal dari Miftah Maulana, seorang pendakwah terkenal yang baru-baru ini diangkat oleh Prabowo sebagai staf khususnya.

Setelah gempar itu, Miftah kemudian mengunjungi Sunhaji untuk meminta maaf setelah menerima teguran dari presiden.

Minuman rakyat

Kasus viral ini tidak hanya mengungkap sikap sosial seorang pejabat negara, tetapi juga mengingatkan kita pada minuman sederhana yang tidak hanya menyegarkan tetapi juga menopang kehidupan banyak orang.

Jauh sebelum menarik perhatian media sosial, es teh telah menjadi minuman andalan yang sudah lama ada di Indonesia—negara tropis yang mengalami peningkatan suhu yang semakin panas akibat pemanasan global.

MEMBACA  Emmanuel Macron mendukung hukum 'hak untuk mati'

Jika orang malas membuat es teh, mereka bisa membelinya dari pedagang kaki lima di pinggir jalan dengan harga terjangkau.

Gerobak kecil yang dilengkapi dengan termos dan penutup gelas menawarkan es teh manis dalam gelas plastik dengan harga mulai dari Rp3.000, atau kurang dari 20 sen AS.

Banyak penjual kecil menyebut minuman mereka sebagai “es teh Solo,” yang sebenarnya adalah merek es teh lokal terkenal. Namun, merek dagang khusus ini telah berevolusi dari waktu ke waktu menjadi istilah umum yang menggambarkan teh manis yang disajikan dengan es batu—sebuah simbol kesederhanaan yang populer.

Salah satu penjual kecil yang menjualnya adalah Mia, seorang wanita berusia 43 tahun di Jakarta. Dia menyeduh campuran teh sendiri yang dibeli dari produsen dan kemudian menjualnya dalam gelas plastik dengan es batu seharga Rp4.000.

Mia mengaku sudah memiliki tujuh gerai es teh di berbagai lokasi yang disewa bulanan. Setiap gerai bisa menjual lebih dari 200 gelas, dengan pendapatan harian hingga Rp1 juta (sekitar US$62,84).

“Tergantung lokasi. Semakin ramai, semakin banyak orang yang membeli,” kata Mia, yang mempekerjakan beberapa tetangganya di tujuh gerainya,.

Berbeda dengan Mia, seorang penjual lain bernama Nunik, 44 tahun, membuat campuran teh sendiri. Dia menawarkan minuman yang dinamai “Teh Oye” di depan gerainya di Jakarta yang menjual berbagai makanan gorengan.

Dengan harga es teh mulai dari Rp3.000 per gelas biasa hingga Rp5.000 per gelas jumbo, dia mengklaim bisa menghasilkan hingga Rp300.000 per hari. Selain es teh, dia juga menjual es semangka dan es teh hijau.

Berita terkait: Penting untuk belajar tentang keberagaman teh Indonesia: Pakar

MEMBACA  Dewan Keamanan PBB Mendukung Rencana Gencatan Senjata AS Israel-Gaza

Berita terkait: Teh Moringa Indonesia dijuluki sebagai favorit Jerman: Duta Besar

Kontribusi besar dari usaha kecil

Jumlah usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) di Indonesia, seperti para penjual teh ini, mencapai jutaan.

Pada tahun 2024, jumlah UMKM mencapai 65 juta, menurut Kementerian Koperasi dan UKM.

Meskipun omzet mereka relatif kecil, kontribusi mereka terhadap produk domestik bruto (PDB) melebihi 60 persen.

Mengakui potensi signifikan UMKM dalam pertumbuhan ekonomi, pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk membantu mereka, terutama dalam hal modal.

Pemerintah baru-baru ini mengumumkan rencana untuk menyederhanakan prosedur agar orang dapat memperoleh Kredit Usaha Rakyat (KUR).

“(Ini) agar KUR benar-benar dapat dinikmati oleh UMKM, pekerja migran, dan koperasi untuk benar-benar mencapai target pemberdayaan kita,” kata Menteri Koordinator Pemberdayaan Rakyat Muhaimin Iskandar pada 3 Desember.

Beliau mengakui bahwa beberapa pihak, selama ini, terus menghadapi kesulitan dalam mendapatkan KUR—salah satu kendala yang sering dihadapi oleh penjual teh kecil, seperti Mia.

“Jika memungkinkan, (usaha seperti itu) bisa dibantu oleh pemerintah agar bisa berkembang lagi, membuka lebih banyak gerai, dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja,” kata Mia.

Dia mengakui bahwa meskipun gerai es tehnya telah approached oleh pencari kerja berkali-kali, dia sendiri menghadapi kendala modal dan ruang usaha yang terbatas.

Menurut Nunik, penjual kecil seperti dirinya perlu dihormati karena berjuang untuk menciptakan lapangan kerja bagi diri mereka sendiri.

Beliau marah tentang kasus Gus Miftah di mana penjual es teh di Magelang “dihina.”

“Saya kagum dengan penjual teh yang hanya merespons dengan senyuman,” kata Nunik.

“Semoga dia diberkati dengan rezeki yang berlimpah,” katanya.

Pelaku usaha kecil seharusnya langsung merasakan dukungan pemerintah untuk mereka dalam bentuk yang nyata—bukan hanya janji, apalagi kata-kata yang melukai rakyat.

MEMBACA  Mengubah Desa di Malang Menjadi Pusat Hortikultura Modern

Hal ini semakin penting karena kemandirian Sunhaji, Mia, dan Nunik, bersama dengan jutaan pemilik usaha kecil lainnya, tidak hanya mencerminkan semangat swadaya tetapi juga menjadi tulang punggung ekonomi bangsa yang patut dihormati.

Berita terkait: Pemerintah memotong prosedur untuk membuka usaha kecil

Berita terkait: Prabowo menandatangani regulasi penghapusan utang buruk untuk usaha kecil

Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Hak cipta © ANTARA 2024