Penceramah Muslim seharusnya menyampaikan pesan perdamaian menjelang Hari Pemilihan

Jakarta (ANTARA) – Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mendorong para penceramah Muslim untuk menyampaikan pesan perdamaian dan menghormati perbedaan dalam khutbah Jumat mereka menjelang Hari Pemilihan minggu depan.

“Karena Hari Pemilihan sudah di depan mata, kami meminta para penceramah khutbah Jumat untuk menyampaikan pesan tentang pentingnya memastikan pemilihan yang damai, memperkuat persaudaraan dan harmoni, serta mendorong warga untuk menggunakan hak suara mereka dengan bertanggung jawab dan menghormati perbedaan politik,” kata menteri dalam pernyataan tertulis di sini pada Jumat.

Sebuah surat edaran mengenai hal ini telah dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kementerian Agama dan telah dikirimkan kepada kepala kantor kementerian di tingkat provinsi, katanya.

Surat edaran itu menekankan pentingnya menjaga situasi yang kondusif di antara anggota masyarakat Muslim dan mencegah kegiatan politik di masjid untuk menjaga kekudusan mereka.

“Masjid tidak boleh digunakan untuk mengadakan kampanye politik di mana dukungan terhadap partai politik tertentu atau kandidat terpampang secara eksplisit,” tegas menteri.

Surat edaran tersebut juga mengimbau administrator masjid dan penceramah untuk mematuhi dan menyebarkan surat edaran terkait yang mengatur tentang khutbah agama.

Khutbah agama harus bersifat edukatif, pencerahan, dan konstruktif untuk meningkatkan kesalehan pribadi dan iman serta menjaga persatuan dan kesatuan nasional, tegas Qoumas sambil menambahkan bahwa khutbah tidak boleh menimbulkan sentimen rasial, tidak boleh bersifat provokatif, dan tidak boleh bersifat politik.

Tempat ibadah juga harus memainkan peran mereka dalam meningkatkan kekompakan dan harmoni di antara masyarakat di tengah perbedaan politik menjelang pemilihan, katanya.

“Saya meminta tokoh agama untuk menyampaikan pesan yang sama kepada jemaat mereka dalam setiap pertemuan,” katanya.

MEMBACA  Hati-hati dengan 'Burnout' di Tempat Kerja

Sementara itu, Qoumas mengatakan ia berharap Pemilihan Umum 2024, sebagai “pesta demokrasi,” menjadi momen yang menyenangkan bagi setiap warga.

“Perbedaan preferensi politik adalah hal yang wajar, dan semua orang harus menghormatinya. Sayang sekali jika perbedaan politik kita merusak persaudaraan kita,” katanya.

Menteri juga mengharapkan ketegangan antar kelompok akan mereda setelah Hari Pemilihan, saat warga melanjutkan aktivitas sehari-hari mereka sambil menunggu hasil resmi yang ditabulasikan oleh petugas pemilihan.

Berita terkait: Gereja Kristen Injili Papua mengimbau jemaat untuk memberikan suara

Berita terkait: Tetap waspada terhadap politik uang selama masa tenang: Bawaslu kepada staf

Penerjemah: Asep Firmansyah, Nabil Ihsan
Editor: Rahmad Nasution
Hak Cipta © ANTARA 2024