Ekonom Universitas Diponegoro Semarang Prof FX Sugiyanto menyatakan bahwa deflasi berkepanjangan yang dialami Indonesia merupakan akibat dari penurunan daya beli masyarakat.
Menurutnya, deflasi dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat karena mereka dapat berbelanja dengan harga yang lebih murah dan terjangkau.
Namun, jika deflasi berlangsung terlalu lama, hal ini dapat menjadi indikasi bahwa masyarakat menahan diri untuk mengeluarkan uang atau bahwa daya beli masyarakat memang sedang menurun.
FX Sugiyanto menjelaskan bahwa penurunan daya beli masyarakat kelas menengah disebabkan oleh banyaknya pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan, yang menyebabkan tingginya angka pengangguran.
Dalam perspektif historis, deflasi berbulan-bulan ini merupakan yang pertama kali dialami oleh Indonesia. Menurutnya, hal ini dapat berisiko bagi masyarakat jika daya beli kelas menengah semakin berkurang dan orang-orang lebih memilih untuk menahan belanja karena khawatir dengan ketidakpastian perbaikan pendapatan.
FX Sugiyanto juga menyebut bahwa data menunjukkan penurunan daya beli terutama pada kelompok penghasilan menengah, sementara kelompok penghasilan tertinggi cenderung tidak terlalu terpengaruh.
\”Kalau deflasi berlangsung terlalu lama, bisa jadi indikasi bahwa orang-orang menahan uang mereka untuk berbelanja atau bahkan tidak memiliki uang. Ini merupakan risiko yang perlu diwaspadai,\” katanya.
Sebagai seorang ekonom, FX Sugiyanto menekankan pentingnya pemahaman akan kondisi deflasi ini dan potensi dampaknya terhadap perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Dia berharap bahwa langkah-langkah yang tepat dapat diambil untuk mengatasi masalah ini dan memperbaiki kondisi perekonomian Indonesia.
Silakan baca konten menarik lainnya dari JPNN.com di Google News