Zona Pemicu Badai Raksasa Mematikan Kian Meluas di Samudera

Milton. Haiyan. Patricia. Nama-nama itu membangkitkan ingatan akan siklon tropis berdaya dahsyat yang memicu perdebatan mengenai perlukah kita menetapkan “Kategori 6” untuk badai. Sejumlah pakar yakin itu diperlukan, terlebih karena penelitian terbaru mereka menunjukkan ancaman badai semacam ini kian meningkat bagi kawasan padat penduduk.

I-I Lin, profesor kepala di Departemen Sains Atmosfer Universitas Nasional Taiwan, memaparkan penelitian timnya dalam pertemuan tahunan American Geophysical Union (AGU) di New Orleans, Rabu lalu. Temuan yang belum melalui tinjauan sejawat itu menunjukkan “titik panas” regional dengan suhu laut di atas rata-rata di Atlantik Utara dan Pasifik barat—kawasan pembentuk mega-badai—tengah meluas dengan cepat.

Lin dan rekan-rekannya yakin ini memperkuat alasan untuk menetapkan Kategori 6, yang dapat membantu kota-kota mempersiapkan diri lebih baik dampak badai berintensitas ekstrem—terutama di daerah di mana badai semacam itu semakin sering terjadi.

“Kami sungguh percaya ada kebutuhan untuk memberikan informasi yang lebih penting kepada publik,” ujar Lin dalam rilisan AGU.

Argumentasi untuk Kategori 6

Topan Haiyan menerjang Filipina pada 2013, menewaskan sedikitnya 6.300 orang dan mengungsikan jutaan lainnya. Setahun kemudian, Lin memimpin studi yang mengaitkan intensifikasi tak preseden Haiyan sebagian besar dengan suhu air subspermukaan yang hangat di Pasifik tropis barat.

Badai itu mencapai kecepatan angin berkelanjutan maksimum 195 mil per jam (315 kilometer per jam), jauh melampaui ambang batas Kategori 5 yaitu 157 mph (252 kph). Bahkan, Haiyan tetap menjadi salah satu siklon tropis paling kuat yang pernah menghantam daratan.

Dalam makalahnya, Lin dan kolega menyusun argumentasi untuk menambahkan Kategori 6 pada Skala Angin Badai Saffir-Simpson (SSHWS) guna mengakomodasi badai dengan intensitas angin maksimum di atas 184 mph (296 kph), seperti Haiyan. Skala saat ini menetapkan semua badai dengan kecepatan angin berkelanjutan maksimum di atas 157 mph (252 kph) sebagai Kategori 5, tanpa memerdulikan seberapa lebih intensnya badai tersebut.

MEMBACA  Raksasa Farmasi Biru yang Mendominasi Pasar Obat Pelangsing

Ancaman Mega-Badai yang Meluas

Riset baru Lin menganalisis seluruh badai besar yang tercatat dalam 40 tahun terakhir, dan menemukan bahwa siklon Kategori 6 semakin sering terjadi. Terdapat delapan badai semacam itu antara 1982 dan 2011, namun sepuluh badai terjadi antara 2013 dan 2023. Artinya, seperempat dari badai Kategori 6 yang terjadi selama empat dekade terakhir berlangsung dalam 10 tahun terakhir.

Studi mengungkap bahwa sebagian besar siklon ini terbentuk di titik panas perairan hangat, yang terbesar terletak di Pasifik barat, timur Filipina dan Kalimantan. Titik panas lainnya berada di Atlantik Utara, timur Kuba, Hispaniola, dan Florida.

Temuan juga menunjukkan titik panas ini semakin membesar. Contohnya, yang di Atlantik Utara telah meluas ke timur melewati pesisir utara Amerika Selatan dan ke barat memasuki Teluk Meksiko. Lin dan rekan memperkirakan pemanasan global akibat aktivitas manusia bertanggung jawab atas 60% hingga 70% dari pertumbuhan titik panas ini, dan konsekuensinya, meningkatkan kemungkinan pembentukan badai Kategori 6.

Seiring dunia yang memanas dengan cepat, jelas kita menghadapi tingkat bahaya badai tropis yang sama sekali baru. Debat tentang perlunya menambahkan Kategori 6 pada SSHWS—atau bahkan membuat skala baru—masih belum berkesudahan, tetapi data baru ini menggarisbawahi urgensi untuk mengomunikasikan ancaman yang kian meningkat dari badai-badai ultra-intens.

Tinggalkan komentar