Gempa berkekuatan 7,6 SR mengguncang pesisir timur Prefektur Aomori, prefektur paling utara di pulau utama Jepang, pada hari Senin. Saat warga menilai kerusakan, para pejabat memperingatkan bahwa gempa besar lain mungkin segera menyusul.
Pada hari Selasa, Badan Meteorologi Jepang (JMA) menerbitkan “Peringatan Gempa Susulan Lepas Pantai Hokkaido dan Sanriku” untuk 182 munisipalitas, dari Hokkaido hingga Prefektur Chiba.
Peringatan semacam ini dikeluarkan menyusul gempa berkekuatan 7,0 SR atau lebih di dalam atau di sekitar apa yang dikenal sebagai “zona megathrust” di sepanjang palung bawah laut Jepang dan Chishima. Aktivitas seismik semacam itu dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan terjadinya gempa berkekuatan 8 SR atau lebih besar dalam hari-hari mendatang.
Probabilitas kejadian tersebut masih hanya sekitar 1%, namun jika gempa mega lepas pantai benar-benar mengguncang area Hokkaido-Sanriku, pemerintah Jepang memperkirakan skenario terburuk dapat mencakup gelombang tsunami setinggi 98 kaki (30 meter) di sepanjang pesisir timur laut Jepang dari Chiba hingga Hokkaido.
“Harap dipahami bahwa masih belum pasti apakah gempa besar benar-benar akan terjadi,” ujar Perdana Menteri Sanae Takaichi dalam pernyataan resmi hari Selasa. “Atas dasar itu, saya ingin meminta semua orang untuk mengambil tindakan pencegahan bencana yang sesuai dengan prinsip bahwa setiap orang harus melindungi nyawanya sendiri.”
Sejarah yang Tak Ingin Terulang
Palung Jepang dan Palung Chishima bersama-sama membentuk zona subduksi tempat Lempeng Pasifik menyusup di bawah Jepang. Menurut JMA, wilayah ini dikenal kerap menghasilkan rangkaian gempa bumi besar.
Gempa berkekuatan 7,6 SR pada hari Senin mengguncang zona subduksi sekitar pukul 23.15 waktu setempat, dengan episenter terletak sekitar 50 mil (80 kilometer) lepas pantai Aomori. Menurut pernyataan PM Takaichi, guncangan tersebut menyebabkan satu kebakaran perumahan dan setidaknya 30 orang luka-luka. Para petugas masih melakukan penilaian kerusakan.
Pada 2011, gempa serupa mendahului gempa Tōhoku 9,0 SR dan tsunami masif yang menghancurkan sebagian besar pesisir utara Jepang. Lebih dari 18.000 orang meninggal, termasuk beberapa ribu korban yang jasadnya tidak pernah ditemukan.
Dalam skenario terburuk, pemerintah Jepang memperkirakan bahwa gempa mega lepas pantai lain di zona subduksi ini dapat menyebabkan hingga 199.000 kematian. Akibat kehancuran masif rumah dan bangunan, hingga 42.000 orang berisiko mengalami hipotermia.
Bersiap, Bukan Panik
Angka-angka itu melukiskan gambaran yang mencemaskan, tetapi para pejabat tidak ingin peringatan ini memicu kepanikan. Sebaliknya, mereka berharap ini akan mendorong warga untuk berhati-hati ekstra, meskipun risiko gempa mega hanya sedikit lebih tinggi dari biasanya.
“Selain secara rutin memastikan kesiapsiagaan gempa—seperti mengidentifikasi lokasi dan rute evakuasi aman serta mengamankan perabotan—harap tetap siap untuk segera mengungsi jika merasakan guncangan, sembari melanjutkan aktivitas sosioekonomi,” kata Perdana Menteri Takaichi.
Gempa hari Senin menjadi pengingat nyata akan volatilitas seismik Jepang dan pentingnya kesiapsiagaan bencana. Bahkan tanpa kehadiran gempa besar lainnya, gempa susulan yang lebih kecil terus menggoyang kawasan tersebut.