Sebuah juri di Florida telah menetapkan Tesla sebagian bertanggung jawab dalam kecelakaan fatal yang melibatkan sistem Autopilotnya, memerintahkan perusahaan milik Elon Musk itu untuk membayar ganti rugi sebesar $329 juta. Keputusan ini menjadi pukulan hukum besar bagi Tesla dan momen penting dalam perdebatan mengenai keamanan teknologi mengemudi otonom.
Ini adalah kasus pertama di mana Tesla dinyatakan bersalah atas kematian akibat teknologi Autopilot-nya, menurut seorang ahli Reuters. Namun, perangkat lunak bantuan pengemudi Tesla telah dikaitkan dengan ratusan kecelakaan, sampai-sampai ada halaman Wikipedia khusus.
Gugatan ini bermula dari insiden tahun 2019 ketika pengemudi Tesla Model S, yang dikabarkan tidak memperhatikan saat Autopilot aktif, menerobos rambu stop dan lampu merah sebelum menabrak Chevrolet Tahoe yang sedang parkir. Naibel Benavides Leon yang saat itu berdiri di sebelah SUV tewas, sementara mantan pacarnya, Dillon Angulo, selamat dengan luka-luka.
Sebuah pengadilan federal di Miami memerintahkan Tesla untuk membayar $129 juta sebagai ganti rugi dan tambahan $200 juta sebagai denda hukuman kepada ahli waris Benavides Leon serta Angulo. Menurut Reuters, Tesla berencana mengajukan banding.
“Putusan hari ini memberikan keadilan bagi kematian tragis Naibel dan luka permanen Dillon,” kata Brett Schreiber, pengacara para penggugat, dalam pernyataan ke Wall Street Journal. “Autopilot Tesla dirancang hanya untuk jalan tol, tapi mereka sengaja tidak membatasi penggunanya di tempat lain, sementara Elon Musk mengklaim Autopilot lebih baik dari manusia.”
Keputusan ini merupakan pukulan berat bagi Musk dan Tesla, di tengah upaya sang miliarder mendorong ekspansi inisiatif robotaxi. Sementara Musk berusaha meyakinkan investor dan publik bahwa Tesla bisa memimpin masa depan mobil otonom, ganti rugi $329 juta terkait Autopilot mempertanyakan keamanan dan risiko hukum visi tersebut, serta berpotensi memicu lebih banyak gugatan serupa.
Topik
Kendaraan Listrik
Tesla