UltraFine 6K ini juga merupakan layar Nano IPS Black, suatu fitur yang tidak dimiliki model Asus. Nano IPS Black sebenarnya merupakan kombinasi dua teknologi yang meningkatkan kualitas gambar IPS dengan cara berbeda. Nano IPS memperluas cakupan warna, sementara IPS Black meningkatkan kontras. Kombinasi keduanya cukup spektakuler, terutama pada monitor setajam ini. Layar ini mencakup sRGB dan AdobeRGB sepenuhnya di angka 100 persen, sesuatu yang belum pernah saya lihat pada monitor IPS sebelumnya. Akurasi warnanya juga sangat luar biasa. Begitu dikeluarkan dari kotaknya, saya mengukur rata-rata kesalahan warna pada Delta-E 0.62. Angka di bawah 1.0 sudah dianggap sangat baik, bahkan untuk penata warna profesional. Kalibrasi lebih lanjut tidak diperlukan di sini.
Dalam hal kecerahan, unit ulasan saya mencapai puncaknya di 480 nit dalam standar dynamic range (SDR), yang tergolong cukup terang. Layarnya memiliki lapisan anti-silau matte yang mengurangi glare dan pantulan tanpa membuat layar terlalu redup. Ini mungkin akan mengganggu beberapa orang yang terbiasa dengan layar glossy seperti pada layar LG 5K generasi lama. Meskipun saya juga lebih memilih layar glossy, solusi dari LG ini cukup halus. Dan meskipun ini bukan monitor HDR sejati karena menggunakan panel LED IPS konvensional, saya bisa mengukur kecerahan puncak di HDR hingga 640 nit. Angka itu masih jauh dari kemampuan OLED atau mini-LED. Ingat: Efek HDR diciptakan oleh kecerahan dan kontras yang lebih tinggi. Itulah yang membuat layar OLED menarik. UltraFine Evo 6K memiliki rasio kontras 2.000:1, tetapi dalam pengujian saya hanya mendapatkan 1.720:1. Itu masih lebih baik dari rata-rata, meski monitor seperti Dell UltraSharp 32 4K menggunakan IPS Black yang disempurnakan untuk mendorong kontras mendekati 3.000:1.
Refresh rate adalah satu masalah besar pada gambar UltraFine Evo 6K. Hanya 60 Hz. Tidak peduli seberapa tajam, hidup, dan akurat warna gambarmu, gerakannya akan terasa kaku. Monitor yang cukup terjangkau sekalipun, seperti favorit saya Dell 27 Plus 4K ($300), sudah memiliki refresh rate 120 Hz. Itu mungkin bukan kesalahan LG, karena monitor 6K Asus juga terjebak di 60 Hz—namun ini adalah batasan dari resolusi yang ditawarkan saat ini. Saya yakin monitor 6K masa depan akan hadir dengan refresh rate 120 Hz, tapi untuk saat ini, itulah kompromi yang harus dibuat untuk mendapatkan piksel ekstra.
Proposisi yang Mahal
Foto: Luke Larsen
LG UltraFine Evo 6K dihargai $2.000. Meski tidak semahal Pro Display XDR dari Apple yang terkesan berlebihan, monitor ini juga tidak memiliki kemampuan HDR yang membuat monitor Apple itu istimewa. Harganya terasa sangat keterlaluan jika mempertimbangkan betapa murahnya monitor OLED sekarang. Monitor OLED non-gaming pertama Dell, Dell 32 Plus QD-OLED, hanya $850 dan sering diskon di bawah $700. Resolusinya memang hanya 4K, tetapi lebih baik untuk menonton dan memproduksi konten HDR.
Terakhir, jika Anda sudah mantap pada 6K, ada juga Asus ProArt PA32QCV untuk dipertimbangkan. Saya belum mengujinya, tetapi harganya $600 lebih murah daripada model LG, meski menggunakan panel 6K yang sama. Apa yang didapat dengan tambahan $700 tersebut? Desain yang lebih mentereng, salah satunya, plus port yang lebih mutakhir. Walaupun saya lebih suka penempatan port pada Asus dibanding LG, Asus menggunakan spesifikasi lama seperti Thunderbolt 4 dan DisplayPort 1.4. Perbedaan terbesarnya adalah tidak adanya Nano IPS Black, yang berarti kemungkinan besar tidak memiliki performa warna dan kontras setara model LG. Perbedaan-perbedaan ini tidak sepele, tetapi apakah worth it untuk $700? Sulit untuk dikatakan, apalagi mengingat panelnya identik. Saya belum bisa memastikan sebelum menguji model Asus, namun di permukaan, LG UltraFine 6K memang terasa agak terlalu mahal.
Di sisi lain, jika Anda sudah bersedia mengeluarkan uang sebanyak ini untuk monitor 6K, kualitas gambar adalah yang utama, dan inklusi teknologi Nano IPS Black menjadikan LG UltraFine 6K alternatif yang lebih baik dibanding OLED atau Pro Display XDR.