Tentang Bezel Bawah Itu
Kalau bicara soal bezel bawah, kamu akan melihat kamera tepat di tengah di bawah layar—biasanya tempat yang sangat aneh untuk webcam. Tapi itu karena kamera ini bukan buat panggilan Zoom. Melainkan, untuk melacak posisi kepala kamu dalam ruang 3D demi menciptakan klaim monitor soal "audio spasial." Dengan teknologi beamforming, speaker bisa menghasilkan virtual surround sound di game dan film yang kompatibel. Hasilnya tidak sempurna, tapi bisa menambah elemen imersif ekstra. (Fitur ini hanya bekerja untuk satu orang sekaligus.)
Meskipun kamera tambahan dan speaker membuat bezel bawah cukup tebal—hampir mirip iMac modern—sistem suara lima speaker juga menghasilkan audio standar yang cukup bagus. Volumenya cukup keras untuk memenuhi ruangan, sesuatu yang penting karena monitor ini ditujukan untuk hiburan. Kualitas audionya tidak sekaya dan sepenuh Apple’s Studio Display, tapi speaker ini lebih baik daripada hampir semua monitor lain yang pernah saya tes.
Perbedaan OLED
Foto: Luke Larsen
32 Plus punya layar tajam dengan resolusi 3840 x 2160 piksel di panel 32 inci, menghasilkan kepadatan piksel 138 ppi. Ada juga refresh rate 120 Hz yang berguna untuk gaming, ditambah delay input rendah yang memang jadi keunggulan OLED.
Tapi kualitas gambarlah yang bikin ini menonjol. Karena tiap piksel punya backlight individual, mereka bisa dimatikan satu per satu, menciptakan kontras luar biasa yang tak bisa ditandingi layar IPS biasa. Kontras ini membantu menghadirkan efek HDR yang memukau begitu diaktifkan (tidak aktif secara default, seperti kebanyakan monitor OLED). Game dan video terlihat fantastis, dengan hitam yang dalam dan highlight yang tajam. Dell mengklaim puncak kecerahan bisa mencapai 1.000 nits, dan saya mengukur hingga 946 nits di area 4%. Memang tidak seterang OLED TV high-end dalam mode HDR, tapi cukup untuk efek HDR yang terasa.
Warnanya juga sangat hidup dan jernih, yang saya konfirmasi dengan Spyder colorimeter. Ini membuatnya jadi display bagus untuk editor video dan desainer grafis, apalagi jika mau mengkalibrasi layar. Namun, kecerahan SDR adalah satu kelemahan panel ini. Saya mengukurnya hanya 227 nits, yang bisa jadi masalah jika meja kamu dekat jendela. Berbeda dengan TV, sebagian besar aktivitas di monitor PC bukan dalam HDR, jadi saya berharap kecerahan SDR minimal 300 nits—tapi ini masalah umum di generasi OLED saat ini.
Port yang Minim
Foto: Luke Larsen
Sebelumnya, monitor OLED untuk kreator dan editor video harganya ribuan dolar, seperti Asus ProArt OLED PA32DC. Kalau penasaran bagaimana Dell bisa memadatkan semua teknologi ini di bawah $1.000, setidaknya ada satu kompromi: port. Ini adalah susunan port paling minim yang pernah saya lihat di monitor high-end belakangan ini. Di bagian belakang, ada HDMI untuk desktop atau USB-C untuk laptop. Tidak ada DisplayPort sama sekali. Port USB-C bisa menangani video dan daya hingga 90 watt lewat satu kabel. Ada satu port USB-C lagi di belakang untuk aksesori lain.
Tunggu—ada satu port rahasia: USB-C tersembunyi di sisi kiri monitor yang bisa diturunkan. Fitur ini pernah ada di monitor Dell lain, dan jadi favorit saya. Menggapai port di belakang monitor sangat merepotkan, apalagi kalau perlu ngecas hp atau masukkan SD card. Tapi, ini bukan monitor yang dirancang sebagai USB hub untuk semua periferal kamu.