Ketika kita belajar tentang “burung dan lebah,” kita diajarkan bahwa setelah hubungan seksual heteroseksual, sperma berenang melalui vagina, melewati rahim, dan masuk ke tabung falopi, di mana salah satunya membuahi sel telur yang dilepaskan oleh ovarium. Ternyata, sperma tidak hanya berenang santai – mereka berlomba-lomba melalui saluran reproduksi wanita, didorong oleh pusaran fluida yang berbentuk seprai gulungan.
Para peneliti dari Universitas Monash dan Universitas Melbourne menggunakan pencitraan canggih untuk menganalisis gerakan fluida 3D di sekitar sperma yang sedang berenang. Seperti yang diuraikan dalam sebuah studi yang diterbitkan Selasa dalam jurnal Cell Reports Physical Science, pencitraan itu mengungkapkan bahwa satu sperma yang sedang berenang menciptakan beberapa pusaran yang melekat pada sel dan berputar satu sama lain secara bersamaan, meningkatkan propulsi sperma tersebut. Penemuan ini membuka cahaya tentang bagaimana pola aliran seprai mempengaruhi gerakan sperma dan bisa memiliki relevansi langsung untuk ilmu reproduksi.
“Ketika sperma berenang, flagelumnya (ekor) menghasilkan gerakan cambuk yang menciptakan aliran fluida yang berputar yang dapat mengoptimalkan propulsi mereka di saluran reproduksi,” kata Reza Nosrati, rekan penulis studi dan dosen di Departemen Teknik Mekanik dan Dirgantara di Universitas Monash, dalam sebuah pernyataan universitas. “Yang benar-benar menarik adalah bagaimana ‘jejak’ spiral ini di fluida sekitarnya melekat pada tubuh sperma dan berputar secara bersamaan, menambahkan dorongan ekstra.”
Jika Anda kesulitan membayangkan metode propulsi yang luar biasa ini, ini agak mirip dengan dua kolom yang berputar mengelilingi satu sama lain. Atau “bayangkan mengambil seutas karet lurus dan memutarnya menjadi spiral. Sekarang, tambahkan putaran lain untuk membuat superheliks – struktur yang sangat berputar, ekstra-berputar,” jelas Nosrati. “Bagi sperma, putaran ekstra ini dalam fluida meningkatkan gerakan mereka, mengikuti mereka saat memperketat, memungkinkan mereka berenang dengan lebih efisien.”
Nosrati dan rekan-rekannya mengklaim sebagai orang pertama yang secara bersamaan membayangkan gerakan ekor sperma dan lapangan aliran 3D-nya. Karena metode propulsi ini dapat mempengaruhi bagaimana sperma berinteraksi dengan lingkungannya, ini bisa memiliki implikasi penting untuk penelitian kesuburan. Lebih luas lagi, menangkap gerakan “berenang kecil” juga bisa relevan untuk memahami bagaimana berenang kecil lainnya, seperti bakteri, bergerak dan berinteraksi dengan lingkungannya, menurut para peneliti.
“Visualisasi ini membantu kami untuk lebih memahami dinamika fluida dan cara sperma dan mikroorganisme lain menavigasi melalui berbagai fluida,” jelas Nosrati.
Ternyata membuat bayi benar-benar tentang memiliki gerakan yang tepat – sampai ke koreografi sperma.