Serangan Hiu di Mata Air Panas – Konyol dan Sadar Betul

Hot Spring Shark Attack: Petualangan Horor Kocak dengan Hiu di Pemandian Air Panas

Jika kamu mencari horor petualangan penuh makhluk bergigi dan efek khusus yang mengagumkan, beli tiket untuk Jurassic World Rebirth. Tapi dalam skala yang jauh lebih kecil, ada film baru lainnya yang judulnya sudah menjelaskan semuanya: Hot Spring Shark Attack. Bagaimana hiu yang cukup besar untuk menggigit manusia bisa sampai di pemandian air panas? Dan bagaimana sebuah kota yang bergantung pada pariwisata menghadapi ancaman baru yang sangat merepotkan ini? Semua terungkap dengan cara paling konyol.

Rilisnya Hot Spring Shark Attack berdekatan dengan Jurassic World Rebirth mungkin kebetulan—tapi kedekatannya dengan hype ulang tahun ke-50 Jaws jelas bukan. Sutradara sekaligus penulis Morihito Inoue adalah penggemar berat film Hollywood pertama Steven Spielberg itu, terlihat dari latar tepi pantai, karakter utama (walikota, kapolres, ilmuwan hiu), kutipan salah satu dialog ikonik Jaws, musik yang terinspirasi John Williams, bahkan nuansa Amity Island dalam desain produksinya.

Tapi Hot Spring Shark Attack juga punya ciri khasnya sendiri yang unik. Film ini berlatar di desa pesisir Jepang bernama Atsumi, dijuluki "Monaco dari Timur," yang ekonominya mengandalkan onsen atau pemandian air panas. Walikota muda yang ambisius membiayai pembangunan hotel mewah dengan bantuan printer 3D raksasa—fakta yang kita ketahui melalui adegan cutaway ke laporan berita yang terburu-buru. Film ini juga sering menggunakan klip bergaya media sosial; sang walikota membuat video promonya sendiri, dan salah satu strategi pemasarannya adalah mengundang para influencer ke kota dengan harapan mereka akan mempromosikan resor barunya.

Tapi bayangkan jika para pemeran Jaws menggunakan TikTok, dan itulah yang terjadi saat mayat-mayat mulai tersapu ke pantai. Kapolres setempat, yang tengah menantikan masa pensiunnya, menyadari bahwa jumlah mayat yang dimutilasi persis sama dengan jumlah turis yang hilang. Namun, sesuatu tak masuk akal karena semua korban sedang berendam di kolam spa, bukan di laut sekitarnya.

MEMBACA  Bulan Baru Ditemukan di Sekitar Uranus dan Neptunus

Seorang ahli biologi kelautan dari universitas terdekat dipanggil, dan baru setelah dia mengidentifikasi jenis hiu yang ada, misteri ini terpecahkan. (Bisa dibilang fakta bahwa kerangka hiu terbuat dari tulang rawan, bukan tulang, dimanfaatkan dengan sangat kreatif oleh film ini.) Kekacauan terus terjadi—sampai-sampai kamu mungkin curiga Inoue sama besarnya penggemar Sharknado (dan mungkin Birdemic) seperti Jaws—sebelum trio karakter berangkat dalam misi berburu mengendarai kapal selam bernama, ya tentu saja, Orca.

Jika alurnya terdengar seru tapi familiar, memang begitu, tapi eksekusi gila dan pilihan nyelenehnya adalah daya tarik utama Hot Spring Shark Attack. Efek spesialnya dibuat dengan mainan dan grafis komputer vintage, penyuntingannya tak malu-malu mengincar kelucuan, dan aktingnya sangat kartun—termasuk hiu-hiunya, yang kemampuannya begitu canggih sampai bisa bersuara. Tapi sepertinya mereka cuma tahu satu kata, yang keluar seperti desisan puas: "HHHHHHHIU!"

Hot Spring Shark Attack ditulis dan disutradarai oleh Morihito Inoue dalam debut film panjangnya. Pemerannya termasuk beberapa wajah (agak) dikenal—seperti Takuya Fujimura dari One Cut of the Dead dan Daniel Aguilar dari Shin Godzilla—serta Shôichirô Akaboshi, Masaki Naito, Koichi Makigami, Kiyobumi Kaneko, dan Mio Takaki.

Film ini bisa ditonton di beberapa bioskop Alamo Drafthouse dan Cinemark mulai 9 Juli, lalu tayang lebih luas pada 11 Juli, juga tersedia di VOD kabel dan HD digital. Mandi dulu, dan matikan otakmu (gratis) saat menontonnya.

Ingin info lebih lanjut? Cek jadwal rilis terbaru Marvel, Star Wars, dan Star Trek, serta update tentang DC Universe di film dan TV dan masa depan Doctor Who.