Eksperimen AI di Bowling Green: Masa Depan Partisipasi Publik?
Sebuah kabupaten di Kentucky menggelar "town hall" selama sebulan dengan partisipasi hampir 8.000 warga awal tahun ini, berkat teknologi kecerdasan buatan (AI).
Bowling Green, kota terbesar ketiga di Kentucky dan bagian dari Warren County, diprediksi mengalami lonjakan populasi besar pada 2050. Untuk mempersiapkan hal ini, pemerintah setempat ingin melibatkan masukan masyarakat.
Partisipasi publik seringkali sulit: pertemuan town hall, meski umum dilakukan, jarang menarik banyak peserta. Bahkan ketika orang datang, yang hadir biasanya hanya mereka yang punya pendapat sangat negatif dan tidak mewakili keseluruhan komunitas.
Di sisi lain, survei online bisa mengumpulkan pendapat lebih banyak orang, namun data yang dihasilkan sangat masif sehingga sulit dianalisis secara manual oleh petugas atau relawan.
Solusinya? Pemerintah Bowling Green menggunakan AI untuk mengolah data tersebut. Partisipasinya pun luar biasa: sekitar 10% penduduk menyuarakan pendapat mereka tentang perubahan kebijakan yang diinginkan melalui survei online selama sebulan. Hasilnya kemudian disintesis oleh AI menjadi laporan kebijakan yang masih bisa diakses publik di situs ini.
"Kalau saya adakan town hall tentang topik ini, hanya 23 orang yang datang," kata Doug Gorman, pejabat Warren County, dalam wawancara dengan PBS News Hour. "Tapi yang kami lakukan ini adalah town hall terbesar di Amerika."
Eksperimen Bowling Green
Kabupaten ini bekerja sama dengan firma strategi lokal untuk meluncurkan situs web pada Februari, tempat warga bisa mengirim ide secara anonim. Mereka menggunakan Pol.is, platform polling online sumber terbuka yang telah sukses dipakai untuk partisipasi publik, terutama di Taiwan.
Pertanyaannya terbuka: "Apa yang ingin Anda lihat di komunitas ini dalam 25 tahun ke depan?" Peserta juga bisa memberikan suara pada jawaban orang lain.
Dalam 33 hari, hampir 8.000 warga memberikan lebih dari satu juta respons dan 4.000 ide unik, mulai dari pembangunan museum baru hingga perluasan infrastruktur pejalan kaki dan ruang hijau.
Data ini lalu disusun menjadi laporan menggunakan Sensemaker, alat AI dari inkubator Google, Jigsaw, yang menganalisis percakapan online dalam skala besar, mengelompokkan topik, dan mengidentifikasi kesepakatan atau perbedaan pendapat.
Hasilnya, Sensemaker menemukan 2.370 ide yang disetujui oleh setidaknya 80% responden. Beberapa di antaranya termasuk menambah tenaga kesehatan agar warga tidak perlu ke Nashville (yang jaraknya satu jam), memanfaatkan ruang ritel kosong, dan menambah restoran di sisi utara kota.
Survei ini juga menjangkau kelompok yang biasanya sulit terlibat, seperti mereka yang tidak tertarik politik atau sibuk bekerja. Format online plus terjemahan otomatis juga memudahkan partisipasi imigran, seperti Daniel Tarnagda, pendiri LSM lokal asal Burkina Faso.
"Saya tahu orang ingin terlibat. Tapi kalau tidak ditanya, kita tidak akan tahu," kata Tarnagda kepada PBS.
Relawan sekarang sedang menyusun rekomendasi kebijakan konkret berdasarkan laporan tersebut. Menurut survei Jigsaw, AI menghemat waktu kerja kabupaten hingga 28 hari.
Kesepakatan di Luar Batas Politik
Eksperimen Bowling Green menjadi uji coba besar pertama Sensemaker. Yang mengejutkan, ketika ide disampaikan secara anonim dan tanpa identitas politik, warga justru menemukan banyak kesamaan pandangan.
"Ketika sebagian besar tidak berpartisipasi, yang hadir biasanya mereka yang paling vokal, mungkin kurang informatif, atau paling marah. Akibatnya, kita punya gambaran yang karikatural tentang pandangan ‘sisi lain’," kata CEO Jigsaw Yasmin Green. "AI bisa membantu kita tetap terlibat dalam percakapan bersama."
Minggu ini, Jigsaw mengumumkan kerja sama dengan Napolitan Institute—organisasi riset dan polling yang didirikan Scott Rasmussen—untuk memetakan pandangan warga AS tentang idealisme dasar negara. Berbeda dengan Bowling Green, tujuannya bukan kebijakan, tapi memahami kondisi nasional.
Potensi AI: Baik dan Buruk
Meski menjanjikan, penggunaan AI dalam pemerintahan lokal tetap menimbulkan kekhawatiran. Meski situs survei Bowling Green menyatakan "tidak ada data pribadi atau demografi yang disimpan", belum tentu aplikasi serupa di tempat lain akan sama.
AI juga rentan terhadap bias pembuatnya. Bulan lalu, peneliti menemukan bahwa chatbot Grok milik Elon Musk memeriksa pendapat Musk sendiri sebelum menjawab pertanyaan sensitif. Jika AI digunakan untuk saran kebijakan, bias seperti ini bisa jadi masalah serius.
Namun, jika tantangan ini bisa diatasi, AI berpotensi merevolusi partisipasi publik—seperti yang terjadi di Bowling Green, di mana komunitas yang terpolarisasi justru menemukan kesamaan pandangan.