Kereta sudah dipesan, Operator anggap tugasnya selesai. Tapi aku masih butuh tempat menginap, kuingatkan—bisakah ia memesan hotel? Ia minta detail lebih lanjut dan aku sengaja tidak spesifik, hanya bilang harus nyaman dan lokasinya strategis. Membandingkan hotel mungkin bagian terseb*el dari rencana perjalanan, jadi aku senang biarkan ia scroll Booking.com. Aku menahan diri untuk tidak ikut campur saat lihat ia salah set tanggal, tapi ia perbaiki sendiri. Lama ia memeriksa listing Ibis, tapi akhirnya pilih hotel bintang tiga bernama Martin’s Brugge, yang menurut review punya lokasi sangat bagus.
Sekarang tinggal itinerari. Di sini, Operator kayaknya kehabisan tenaga. Ia kasih jadwal satu hari yang terkesan asal comot dari blog wisata vegetarian. Di hari kedua, ia sarankan aku “kunjungi atraksi atau museum yang belum dilihat.” Wow, terimakasih untuk sarannya.
Hari keberangkatan tiba, dan saat aku bangun jam 4:30 pagi, aku ingat kenapa biasanya hindari keberangkatan pagi. Tapi, aku sampai di Brussel tanpa masalah. Tiketku bisa untuk perjalanan lanjutan, tapi aku sadar tidak tahu mau ke mana. Aku buka Operator di HP dan tanya dari peron mana kereta ke Brugge berangkat. Ia cari jadwal kereta Belgia. Beberapa menit kemudian, masih loading. Aku lihat papan info di stasiun dan langsung tahu. Sampai di peron sebelum Operator selesai mencari.
Brugge menyenangkan. Karena itinera*ri Operator biasa-biasa saja, aku eksplor sendiri. Tugas riset macam ini cocok banget untuk model bahasa besar, pikirku—ga butuh kemampuan agen. ChatGPT, saudaranya Operator dari OpenAI, kasih rencana lebih detail, mengatur aktivitas per jam dengan saran bukan cuma tempat makan, tapi juga pesanan apa (rebusan Flandria di De Halve Mann brewery). Aku juga coba Google Gemini dan Claude dari Anthropic, rencana mereka mirip: jalan ke alun-alun pasar; lihat menara belfry; kunjungi Basilika Darah Kudus. Brugge kota kecil, aku jadi penasaran apakah ini emang rute turis standar, atau semua model AI dapat info dari sumber yang sama.
Berbagai alat AI khusus wisata berusaha memecah kebiasaan generik ini. Aku coba MindTrip sebentar, yang kasih peta plus itinerari tertulis, tawarkan rekomendasi personalisasi berdasar kuis, dan fitur kolaborasi untuk trip bareng. CEO Andy Moss bilang mereka memperluas kemampuan LLM umum dengan memanfaatkan “basis pengetahuan” khusus wisata berisi data cuaca dan ketersediaan real-time.
Courtesy of Victoria Turk