Satelit Senilai $88 Juta yang Didukung Jeff Bezos Hilang di Luar Angkasa
MethaneSAT, satelit senilai $88 juta yang didanai miliarder Jeff Bezos, dinyatakan hilang di luar angkasa. Dirancang untuk mendeteksi sumber emisi metana global, satelit ini hanya bertahan sekitar 15 bulan di orbit Bumi sebelum akhirnya berhenti beroperasi.
Environmental Defense Fund (EDF), yang meluncurkan satelit ini pada Maret 2024, mengumumkan kehilangan kontak pada 1 Juli. Mereka menyatakan bahwa MethaneSAT tiba-tiba berhenti merespons sejak 20 Juni, dan tim operasi gagal mengembalikan sinyal. Kini, diperkirakan satelit itu kehabisan daya sepenuhnya. Steven Hamburg, kepala ilmuwan EDF dan pemimpin misi MethaneSAT, mengatakan kepada Science bahwa tidak ada tanda-tanda masalah sebelumnya. "Ini bukan hari atau minggu terbaik saya," ujarnya.
Saat diluncurkan, EDF menjanjikan MethaneSAT bakal menjadi "pengubah permainan" dalam melacak emisi metana penyebab pemanasan global. Dalam beberapa hal, satelit ini berhasil. Selama lebih dari setahun, MethaneSAT membantu mengidentifikasi sumber emisi metana, terutama dari industri minyak dan gas. Gas ini sangat berbahaya—menjebak panas 28 kali lebih banyak daripada karbon dioksida dalam periode 100 tahun, menurut EPA.
Para ahli tahu emisi metana terutama berasal dari pertanian, produksi bahan bakar fosil, dan pembuangan sampah. Namun, sumber spesifiknya sulit dilacak. MethaneSAT, yang dikembangkan dengan bantuan dana $100 juta dari Earth Fund milik Jeff Bezos, dirancang untuk mempermudah tugas ini. Tak seperti satelit lain (misalnya Sentinel-5 milik ESA), MethaneSAT bisa mendeteksi emisi kecil dengan spektrometer canggihnya, sekaligus memetakan titik panas dengan presisi tinggi.
"MethaneSAT memberikan pemahaman kritis tentang sebaran dan volume metana dari wilayah produksi minyak dan gas," tulis EDF. "Kami juga mengembangkan kemampuan baru untuk menerjemahkan data satelit menjadi estimasi emisi. Ini akan berguna bagi misi lainnya."
Sayangnya, masa operasional MethaneSAT berakhir lebih cepat dari rencana. Satelit ini seharusnya bertahan lima tahun, mengelilingi Bumi 15 kali sehari untuk menyediakan data real-time secara gratis. Data itu bisa membantu perusahaan dan regulator melacak emisi, serta transparan bagi publik, pemerintah, dan investor.
EDF berharap warisan MethaneSAT terus hidup. "Kami tetap berkomitmen mengubah data menjadi aksi nyata, termasuk mengurangi emisi metana dari industri minyak dan gas global," tulis mereka. EDF akan terus mengolah data yang sudah dikumpulkan, dengan rencana merilis gambar emisi skala regional dalam beberapa bulan mendatang. Mereka juga berkolaborasi dengan mitra global untuk memanfaatkan algoritma dan teknologi presisi tinggi yang dikembangkan.
Saat ini, EDF belum berencana meluncurkan satelit baru. "Kami akan jeda sejenak," kata Hamburg. "Kami kehilangan banyak hal. Tim saya telah bekerja keras untuk sesuatu yang banyak orang anggap mustahil." EDF berharap kesuksesan MethaneSAT menginspirasi inovator lain. "Mengatasi krisis iklim butuh tindakan berani. Satelit ini adalah terobosan di bidang sains, teknologi, dan advokasi."