Michael Burry, tokoh di balik film _The Big Short_, kini mempertanyakan kondisi ekonomi saat ini. Baru-baru ini terungkap bahwa Burry—yang diperankan Christian Bale dalam film tentang krisis perumahan 2008—memutuskan menutup hedge fund-nya, Scion Capital. Alasannya, ia menilai pasar saat ini sudah terlepas dari fundamental.
Dalam surat tertanggal 27 Oktober kepada para investor, Burry menulis, “Penilaian saya terhadap nilai sekuritas saat ini, dan sudah sejak lama, tidak sejalan dengan pasar.” Keputusan ini muncul tak lama setelah ia mengumumkan posisi short terhadap dua perusahaan: Palantir (perusahaan teknologi pertahanan yang dekat dengan pemerintahan Trump) dan raksasa chip Nvidia. Di X, Burry mengungkap target harga Palantir di angka $50 pada 2027, padahal saat ini sahamnya diperdagangkan di atas $170.
Bulan lalu, Burry juga menyuarakan kekhawatirannya soal gelembung di sektor AI. Menurutnya, banyak perusahaan yang memanipulasi jadwal depresiasi chipset mereka—sebuah praktik yang ia sebut sebagai “salah satu penipuan umum di era modern.” Ia berargumen bahwa perusahaan seperti Oracle, Meta, dan Google mengklaim masa pakai teknologi mereka 5-6 tahun, padahal sebenarnya hanya sekitar 2-3 tahun.
Hal ini membawanya pada kesimpulan yang akhirnya mendorong penutupan Scion Capital: “Terkadang kita melihat gelembung. Terkadang ada yang bisa dilakukan. Tapi kadang, satu-satunya langkah untuk menang adalah dengan tidak bermain.”
Meski terkesan teknis, analisis mengenai depresiasi ini berdampak besar jika benar. Burry membagikan bagan yang menunjukkan bahwa laba perusahaan-perusahaan tersebut bisa overstated hingga $176 miliar antara 2026–2028, dengan Oracle dan Meta melebih-lebihkan laba riil lebih dari 20%. Ia tidak sendirian: short seller Jim Chanos juga menuding CoreWeave sebagai contoh nyata trik depresiasi ini.
Setiap kali short seller membagikan analisis semacam ini, motivasi mereka pasti dipertanyakan. CEO Palantir Alex Karp menanggapi posisi short Burry dengan menyebutnya “sangat aneh” dan “gila” karena justru perusahaan yang dishort-lah yang paling mencetak uang.
Namun, bukan hanya mereka yang mulai mempertanyakan bagaimana perusahaan AI—yang terus menyerap dana investor dan valuasinya melambung—benar-benar akan menghasilkan uang. Source News melaporkan bahwa investor dalam sebuah panggilan internal menanyakan ke CFO OpenAI, Sarah Friar, mengapa pertumbuhan perusahaan melambat. Friar menyalahkan pembatasan konten yang lebih ketat, yang mengurangi waktu penggunaan ChatGPT.
Tampaknya, strategi “membangun bot erotika untuk meningkatkan engagement” belum tentu bisa menenangkan pasar.