Risiko Gagal Jantung Meningkat Akibat Penggunaan Melatonin Jangka Panjang

Melatonin telah lama menjadi andalan banyak orang sebagai bantuan tidur, namun para peneliti masih terus menyelidiki efek samping suplemen ini, terutam seiring dengan semakin umumnya penggunaan jangka panjang. Kini, sebuah studi pendahuluan yang terbit hari ini mengindikasikan bahwa mengonsumsi melatonin selama lebih dari satu tahun mungkin terkait dengan masalah jantung dan kematian dini.

Para peneliti menganalisis rekam medis individu dengan insomnia kronis dan menemukan bahwa mereka yang diresepkan melatonin setidaknya selama satu tahun lebih berisiko mengalami gagal jantung serta lebih tinggi kemungkinannya meninggal karena sebab apa pun. Para penulis mencatat bahwa studi ini memiliki keterbatasan penting, namun temuan ini memotivasi para ilmuwan untuk meneliti lebih lanjut potensi risiko kesehatan melatonin.

“Temuan ini mempertanyakan persepsi melatonin sebagai terapi kronis yang jinak dan menegaskan perlunya uji coba acak untuk mengklarifikasi profil keamanan kardiovaskularnya,” tulis para peneliti dalam studinya.

### Bahaya yang Tersembunyi?
Tubuh kita secara alami memproduksi melatonin. Di antara fungsi-fungsinya, hormon ini membantu mengatur siklus tidur-bangun kita.

Di beberapa negara seperti Inggris Raya, pihak berwenang telah menyetujui versi sintetis melatonin untuk mengatasi insomnia pada orang berusia di atas 55 tahun, sementara di AS, melatonin tersedia luas sebagai suplemen bebas. Penggunaan melatonin untuk satu atau dua malam—misalnya untuk mengatasi jet lag—tampaknya umumnya aman bagi orang dewasa (meski belum tentu untuk anak-anak). Namun, para ilmuwan masih sedikit memahami tentang keamanan jangka panjangnya, khususnya terkait kesehatan jantung.

Para penulis menganalisis data dari TriNetX Global Research Network, sebuah basis data internasional berskala besar yang berisi puluhan ribu rekam medis. Mereka secara khusus berfokus pada orang dewasa dengan diagnosis insomnia kronis yang diresepkan melatonin selama setahun atau lebih—sekitar 60.000 orang. Kelompok ini kemudian dibandingkan dengan kelompok serupa yang menderita insomnia tetapi tidak diresepkan bantuan tidur tersebut.

MEMBACA  Tahun Meroket Pasar IPO Meredup Akibat Pembekuan dan Kehati-hatian Investor

Selama masa tindak lanjut lima tahun, sekitar 4,6% pasien pengguna melatonin mengembangkan gagal jantung, dibandingkan dengan 2,7% pada pasien non-melatonin—hampir dua kali lipat risikonya. Orang yang mengonsumsi melatonin juga memiliki risiko lebih tinggi untuk dirawat di rumah sakit akibat gagal jantung dan secara umum hampir dua kali lebih mungkin meninggal dunia.

### Peringatan dan Kehati-hatian
Temuan tim ini rencananya akan dipresentasikan pekan ini pada konferensi Scientific Sessions tahunan American Heart Association, namun penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan signifikan.

Studi ini masih bersifat pendahuluan dan belum melalui proses tinjauan sejawat yang biasa. Studi ini juga observasional dan retrospektif, yang berarti hanya dapat menunjukkan korelasi antara penggunaan melatonin kronis dan penyakit jantung. Meskipun para penulis berusaha mengontrol variabel penting seperti tempat tinggal pasien, terdapat potensi kelemahan dalam data tersebut.

Basis data yang digunakan dalam studi ini mencakup berbagai negara, termasuk tempat-tempat seperti AS di mana melatonin mudah didapatkan secara bebas. Akibatnya, para penulis mengakui bahwa sangat mungkin beberapa pasien yang tidak diresepkan melatonin ternyata mengonsumsi suplemen tersebut, yang dapat mengaburkan temuan.

Penelitian ini masih jauh dari bukti kuat yang membuktikan bahaya penggunaan melatonin kronis. Namun, studi semacam ini dapat menjadi dasar bagi penelitian yang lebih definitif—idealnya uji coba terkontrol secara acak—untuk memastikan jawabannya.