Razer Kishi V3 Pro: Kontroller Game Mobile Favorit Baru Saya

Jason Cockerham/CNET

Razer merupakan salah satu nama terbesar di industri gaming, dan dengan alasan yang jelas. Mereka secara konsisten menghadirkan produk berkualitas tinggi dan berperforma baik, meskipun biasanya lebih mahal dibanding pesaingnya. Razer pertama kali memasuki pasar controller mobile dengan Junglecat pada 2014, lalu meluncurkan desain controller modern mirip Joy-Con dengan generasi kedua di 2019, sebelum akhirnya mengganti namanya menjadi Kishi di 2020 dengan desain yang diperbarui. Tahun ini, Razer semakin matang dengan generasi ketiga, menawarkan seri lengkap: Kishi V3, V3 Pro, dan V3 Pro XL.

Ya, harganya mahal, tapi menurut saya ini adalah controller mobile terbaik yang bisa dibeli saat ini. Fitur dasarnya sama di ketiga model, dan Razer berhasil mengeksekusi dengan sangat baik.

Perangkat keras terbaik di kelasnya

Ergonomi adalah penentu utama bagi saya. Saya sudah mencoba banyak controller mobile selama ini, dan sangat sedikit yang tidak membuat tangan dan lengan lelah setelah 30 menit. Tidak ada yang sebaik Kishi V3. Pegangannya diambil dari Razer Wolverine V3 Pro, controller dengan kenyamanan terbaik yang pernah saya gunakan.

Sebagai perbandingan, saya merasa Backbone One terlalu kecil untuk digunakan lama, sedangkan Backbone Pro yang lebih besar tetap tidak nyaman setelah sekitar 20 menit. Tentu ini tergantung ukuran tangan Anda.

Ketiga controller Razer memiliki thumbstick Tunneling Magnetoresistance (TMR) berukuran penuh—Hall Effect sudah ketinggalan zaman. Stick TMR diklaim lebih sensitif, presisi, tahan lama, dan hemat daya dibanding Hall Effect, dan banyak pro controller kelas atas sudah beralih ke teknologi ini.

Ada Hall Effect triggers di bagian atas (ditambah dua bumper tambahan di Pro dan Pro XL), serta dua tombol yang bisa dipetakan di belakang. Tombol belakang menggunakan saklar optik yang sama dengan gaming mice high-end Razer, dan rasanya sangat memuaskan.

MEMBACA  Semua Gadget Baru Teratas di MWC 2024

Port USB-C di bawah mendukung passthrough charging, tapi tidak mendukung tampilan atau audio, mirip dengan Backbone. Untungnya, masih ada jack headphone 3.5mm. Saya tahu saya minoritas, tapi kadang saya masih lebih suka pakai headphone kabel saat bermain, sayangnya semakin sedikit controller yang mempertahankan jack ini.

Keunggulan lain Kishi: Bisa digunakan sebagai controller PC, setidaknya secara teori. Cukup sambungkan ke PC via kabel, dan seharusnya bisa dipakai untuk game apa pun. Meski bekerja baik di laptop pribadi saya, saya tidak berhasil membuatnya berfungsi dengan benar di laptop gaming.

Perangkat lunak yang sangat baik

Selain perangkat keras, keunggulan utama seri Kishi adalah aplikasi Nexus dari Razer. Perangkat lunaknya tidak jauh berbeda dari Backbone dan lainnya, tapi ada beberapa fitur unggulan.

Pertama adalah Razer Sensa HD Haptics, versi lebih canggih dari haptics biasa. Fitur ini memetakan audio ke umpan balik fisik, sehingga efeknya lebih detail. Sayangnya, hanya berfungsi di Windows 11 atau Android 12 ke atas.

Kedua, kemampuan langka dan menyenangkan via Razer Cortex, perangkat lunak yang memungkinkan streaming game langsung dari PC ke ponsel untuk remote play. Bagian terbaiknya: gratis dan bisa digunakan dengan ponsel dan controller apa pun.

Kishi V3
Model paling dasar ini dirancang untuk pengguna yang ingin meningkatkan pengalaman mobile gaming tanpa perlu fitur tambahan Pro. Razer berhasil mempertahankan aspek terbaik perangkat keras tanpa mengorbankan kenyamanan.

Ukurannya kecil dan cocok untuk hampir semua ponsel. Tombolnya menggunakan jenis "quiet tactile"—sunyi namun lebih responsif dibanding controller mobile lain. D-pad-nya agak kaku buat saya, tapi masih bagus.

Dengan harga $100, Kishi V3 adalah yang termurah, tapi tetap mahal. Ia bersaing langsung dengan Backbone One, tapi dari segi perangkat keras, Kishi lebih unggul.

MEMBACA  Petunjuk dan Jawaban NYT Strands 30 Oktober 2025

Kishi V3 Pro
Model ini lebih besar, bisa dipakai untuk tablet kecil seperti iPad Mini atau Lenovo Legion Tab.

Tombolnya menggunakan teknologi Mecha-Tactile, sama seperti Wolverine V3 Pro. Tidak semua orang akan menyukainya, tapi responsnya sangat baik. D-pad-nya juga ditingkatkan ke versi delapan arah.

Thumbstick caps-nya bisa diganti—Razer bahkan menyertakan dua ukuran berbeda. Ada juga dua bumper tambahan, berguna untuk claw grip.

Harganya $150, tapi masih lebih murah $20 dibanding Backbone Pro.

Kishi V3 Pro XL
Dirancang untuk gamer tablet hardcore, model ini sangat besar—hampir selebar laptop 16 inci saat dilipat. Bisa menampung tablet 10-13 inci, termasuk iPad Pro 13 inci.

Harganya $200, tapi jika Anda bermain di iPad Pro seharga $1.200, harga ini mungkin bukan masalah.

Kurang ramah untuk dibawa atau Android

Sayangnya, controller ini kurang portabel. Tidak ada case yang disertakan, dan thumbstick caps sering terlepas saat dikeluarkan dari tas.

Masalah lain adalah kompatibilitas Android. Di iOS, semua game yang mendukung controller bekerja dengan lancar. Di Android, hasilnya beragam—beberapa game seperti Call of Duty: Mobile mengharuskan pemetaan sentuh, yang terkadang kurang konsisten.

Kesimpulan

Razer unggul dibanding Backbone. Kishi V3 harganya sama dengan Backbone One, sementara V3 Pro lebih baik dan lebih murah $20 daripada Backbone Pro. Ergonomi, perangkat keras, dan perangkat lunaknya lebih baik. Satu-satunya kelebihan Backbone adalah desain yang lebih mudah dibawa.

Jika Anda pengguna iOS, Kishi V3 adalah pilihan terbaik. Di Android, hasilnya bervariasi tergantung game yang dimainkan, tapi tetap menjadi rekomendasi utama saya.