Joe Rogan Mulai Menjauh dari Trump?
Joe Rogan belum mengatakannya secara langsung, tapi dia terlihat perlahan menjauh dari Donald Trump, kandidat yang pernah dia dukung untuk pemilu presiden 2024. Minggu demi minggu, podcaster terkenal ini semakin kritis terhadap kebijakan Trump.
Beberapa hari lalu, Rogan mengkritik keras kebijakan imigrasi Trump, terutama deportasi massal dan razia yang dilakukan oleh ICE (Immigration and Customs Enforcement). Dia bahkan mengaku merasa dibohongi oleh Trump, yang awalnya berjanji hanya akan menargetkan kriminal. Namun, kenyataannya jauh lebih mengkhawatirkan.
"Kita diberitahu akan ada…," kata Rogan dalam episode The Joe Rogan Experience tanggal 2 Juli, sebelum melanjutkan, "Ada dua hal yang gila. Pertama, penargetan pekerja migran—bukan anggota kartel, bukan geng, bukan pengedar narkoba, tapi pekerja bangunan yang sedang bekerja di lokasi konstruksi, digerebek begitu saja. Tukang kebun. Serius?"
Kini, Rogan menyorot isu politik lain yang jadi pusat perdebatan dalam gerakan MAGA: skandal Jeffrey Epstein yang terus membara.
Dia melakukannya lewat satu unggahan di X (sebelumnya Twitter), platform milik Elon Musk, yang belakangan vokal mengkritik Trump. Rogan jarang aktif di media sosial. Sejak awal Juli, dia hanya mengunggah dua kali—sekali untuk promosi acara, dan sekali dengan pesan ini:
"Salut buat yang masih nggak percaya teori konspirasi. Kemampuan kalian bertahan pada keyakinan sangat menginspirasi," tulisnya pada 8 Juli.
Khas Rogan: sarkastik, ambigu, dan tepat waktu di tengah badai politik. Badai itu adalah kasus Epstein dan perseteruan publik antara Elon Musk dan Donald Trump.
Kontroversi Penutupan Kasus Epstein
Selama bertahun-tahun, teori konspirasi seputar Jeffrey Epstein—pelaku kejahatan seksual yang meninggal di penjara Manhattan pada 2019—terus beredar. Banyak orang, terutama di sayap kanan, yakin Epstein dibunuh dan "daftar klien"-nya yang berisi nama-nama orang berkuasa sengaja ditutup-tutupi pemerintah.
Beberapa pekan terakhir, teori ini kembali mencuat. Departemen Kehakiman dan FBI merilis memo bahwa Epstein bunuh diri dan tidak ada bukti "daftar klien" atau materi pemerasan yang ditemukan. Kesimpulan ini malah memicu kemarahan.
Para pendukung MAGA, teoris konspirasi, bahkan konservatif arus utama menuduh pemerintahan Trump melakukan penutupan fakta. Ironisnya, kubu Trump sendiri sekarang dituding melindungi jaringan predator yang pernah dia janjikan akan dibongkar.
Elon Musk memperkeruh situasi bulan lalu dengan mengisyaratkan—kemudian menarik kembali—bahwa Trump mungkin menyembunyikan rahasia terkait Epstein. Ia menghapus unggahan itu dan mengaku "terlalu jauh," tapi kerusakan sudah terjadi.
"Bagaimana rakyat bisa percaya Trump kalau dia nggak mau buka berkas Epstein?" tanya Musk pada 8 Juli. Saat ditanya apakah ini akan jadi prioritas partai barunya, Musk membalas dengan emoji 💯.
Trump sendiri menghindar. Saat ditanya soal Epstein dalam konferensi pers, dia membentak: "Masih bahas Jeffrey Epstein? Orang ini udah dibahas bertahun-tahun," kata Presiden dalam rapat kabinet 8 Juli. "Mau buang-buang waktu saja?"
Pengelakannya justru memperdalam kecurigaan dan memecah basis pendukungnya.
Pesan Samar Rogan yang Mengena
Inilah konteks di balik unggahan Rogan pada 8 Juli.
Dia tak menyebut Epstein atau Trump secara langsung. Tapi semua paham maksudnya. "Salut buat yang masih nggak percaya teori konspirasi…" Sarkasmenya jelas. Rogan mengejek mereka yang terus menganggap teori konspirasi sebagai paranoia, seakan-akan tidak ada bukti baru yang muncul.
Kalimat "kemampuan kalian bertahan pada keyakinan sangat menginspirasi" adalah sindiran tajam bagi yang bersikukuh tidak ada yang perlu diperhatikan. Ini adalah kode untuk pendengar setianya, yang lama percaya bahwa elite menyembunyikan kebenaran di depan mata.
Pasca Epstein, klaim Musk, dan pengelakan Trump, semakin sulit menolak teori konspirasi begitu saja. Rogan membantu menormalisasi gagasan bahwa konspirasi nyata bukanlah hal pinggiran—tapi arus utama, terjadi di depan kita.
Dia juga—secara tak langsung—memicu perpecahan di internal MAGA. Penolakan Trump membahas Epstein dan serangan halus Rogan memaksa pendukungnya mempertanyakan kembali loyalitas mereka.
Dampak Besar
Joe Rogan mungkin bukan politikus, tapi pengaruhnya sangat besar. Dia berbicara langsung ke jutaan kelas pekerja, banyak yang skeptis pada pemerintah dan media. Pemberontakannya yang diam-diam terhadap Trump bisa jadi pertanda pergeseran budaya: bagaimana konspirasi, kepercayaan, dan kekuasaan dibahas di kalangan kanan Amerika.
Selama ini, Trump jadi wadah kemarahan populis. Kini, Rogan mungkin mengarahkan kemarahan itu ke tempat lain.