Berkas lainnya menunjukkan resesi mungkin datang lebih cepat. Bank komunitas Hanmi Bank, di bawah perusahaan induknya Hanmi Financial Corp., menyatakan dalam laporan SEC bahwa “kombinasi tarif, inflasi yang naik, deportasi, gejolak politik global dan ketegangan, serta berkurangnya ketersediaan kredit” bisa menyebabkan “resesi ringan pada 2025.”
Beberapa perusahaan menyatakan deportasi bisa memperparah kekurangan tenaga kerja. Century Communities, perusahaan pembangun rumah, dalam laporan tahunan 2024-nya mengatakan jika mereka tidak bisa merekrut cukup pekerja terampil dan kontraktor, hal itu “dapat berdampak buruk secara material pada standar layanan kami.”
“Kekurangan tenaga kerja bisa disebabkan oleh, antara lain, melambatnya tingkat imigrasi dan/atau meningkatnya deportasi karena sebagian besar tenaga kerja konstruksi terdiri dari imigran,” tulis laporan tersebut.
Beberapa perusahaan menyebut deportasi tapi mengaku tidak yakin bagaimana pengetatan ini akan mempengaruhi bisnis mereka. Perusahaan induk bank seperti Bridgewater Bancshares, Heartland Bank and Trust Company, dan Heritage Bank, misalnya, menyebut deportasi massal dalam daftar faktor yang bisa mempengaruhi “pernyataan prospektif” mereka, yang memprediksi kinerja bank dalam beberapa bulan mendatang. Namun, mereka tidak menjelaskan apakah deportasi akan merugikan atau menguntungkan bisnis mereka.
Perusahaan lain berpendapat deportasi membawa risiko bagi ekonomi, tapi menegaskan tidak berharap hal itu menyebabkan kerusakan luas atau merugikan bisnis mereka.
Dalam laporan dana pendapatan properti Forum Investment Group, perusahaan itu menyatakan bahwa “kontrol imigrasi lebih ketat dan deportasi” bisa memiliki hasil beragam. Laporan tersebut mengklaim kebijakan ini bisa meningkatkan inflasi, tapi mungkin juga menjadi “berkah bagi pekerja AS (upah lebih tinggi)” atau mendinginkan “pasar perumahan yang terlalu panas.”
Sejumlah perusahaan berargumen bisnis mereka bisa terancam jika pelanggan terdampak deportasi. Pacific Airport Group, yang beroperasi di bandara-bandara Meksiko dan Jamaika, menyatakan kebijakan seperti deportasi massal dan pembatasan perjalanan internasional akan sangat mempengaruhi lalu lintas bandara, dan akhirnya pendapatan perusahaan.
“Kebijakan ini bisa menciptakan ketidakpastian ekonomi di Meksiko, mempengaruhi perjalanan wisata, mengunjungi keluarga, dan bisnis ke/dari negara tersebut,” tulis laporan itu.
Sementara itu, perusahaan komunikasi cloud dan layanan keuangan IDT Corporation menyatakan deportasi massal bisa “berdampak negatif” pada pelanggan korporasinya, seperti layanan transfer uang BOSS Money, serta perusahaan transfer dana dan layanan panggilan internasional BOSS Revolution. Apa pun yang mengganggu kemampuan orang untuk bekerja atau bepergian di luar negara asal, menurut IDT, bisa merugikan pelanggan dan bisnis mereka.
Rantai toko diskon Pricesmart, yang beroperasi di seluruh Amerika Tengah, mengatakan deportasi massal bisa berdampak buruk pada seluruh kawasan. Jika terjadi penurunan signifikan pekerja asing yang mengirim uang ke keluarga di Guatemala, El Salvador, Nikaragua, dan Honduras, ekonomi negara-negara itu akan terpukul, begitu juga dengan toko Pricesmart, tulis laporan itu. Perusahaan memperingatkan, uang dari pekerja asing adalah “sumber pendapatan penting dan pengentasan kemiskinan bagi jutaan keluarga.”