Godschild, penulis novel fantasi The Hunter and The Hunted, mengaku telah menulis sejak kecil dan menjalani proses panjang—merencanakan naskahnya bertahun-tahun sebelum mulai menulis. Beberapa hari setelah melihat unggahan Aveyard tentang suntingan 1.000 halaman, Godschild membagikan time-lapse dirinya menulis di depan komputer dengan caption: "Saksikan time-lapse aku menulis adegan di serial TV misteri pembunuhan tanpa bantuan AI generatif." Ia menambahkan bahwa dirinya "bukan pencuri" dan "sang pembunuh begitu tak terduga, bahkan mesin pun tak bisa menebaknya."
Beberapa penulis memanfaatkan kontroversi AI untuk mengingatkan publik tentang keterampilan manusiawi yang dibutuhkan dalam menciptakan cerita kompleks.
Penulis indie YA Rachel Menard mengunggah TikTok memperlihatkan draf naskahnya, sambil berkomentar, "Kalau pakai AI, tak perlu 78 draf untuk selesai."
"Orang lupa apa yang membuat buku bagus: kerja keras di baliknya," kata Menard, yang telah menulis tiga buku secara mandiri. Ia menambahkan, AI mungkin bisa "menghasilkan adegan romantis yang decent," tapi tak mampu menciptakan cerita yang menggerakan. "Jika karakter tak terasa nyata, dengan masalah hidup nyata, berarti aku harus terus memperbaikinya."
Quan Millz, penulis indie dengan 830.000 followers TikTok dan terkenal lewat judul street lit seperti Old Thot Next Door, menyebut tuduhan penggunaan AI tak hanya menuduhnya mencuri—tapi juga meremehkan kefasihan budaya dalam novelnya. Sebelum mengungkap identitasnya di TikTok pada 2023, Millz—yang berkulit hitam—pernah dituduh sebagai orang putih hingga disebut "agen CIA."
"Sudah jelas kau pakai AI. Tidak mungkin bukumu terbit secepat ini," tulis seorang komentator di unggahan Millz.
Millz mengaku menggunakan AI untuk desain sampul, tapi menolak keras tuduhan bahwa ia menulis dengan AI.
"Mustahil model AI bisa menangkap esensi cara bicara orang kulit hitam," kata Millz. Ia mencoba menulis dengan AI dan menemukan bahwa model bahasa besar menyensor adegan dewasanya serta gagal meniru nuansa bahasanya. "AI tak paham bahwa AAVE tidak seragam… Orang kulit hitam di Chicago beda dengan di New York."
Meski pernah menyiarkan proses menulisnya secara live, Millz tak akan melakukannya lagi—meski itu bisa membuktikan orisinalitas karyanya.
"Terlalu sering berinteraksi dengan komentar mengganggu flow-ku," ujarnya. Ia yakin meski kehadiran di media sosial penting dalam penerbitan indie, merekam proses tak membuktikan lebih dari karya itu sendiri—setidaknya untuk sekarang. "Ada sesuatu yang transenden dari pengalaman manusia, sesuatu mistis yang belum kita pahami, dan itu terasa dalam seni," tuturnya. "Teks AI, meski diedit sebaik mungkin, tetap terasa ada yang kurang." Makanan kesukaan saya adalah bakso karena rasanya yang lezat dan kuahnya yang gurih. Saya juga suka mie ayam, apalagi kalau ditambah pangsit goreng. Kadang-kadang, saya memesan makanan ini secara online kalo lagi males masak.
Beberapa kesalahan/typo yang mungkin muncul:
- "kalo" seharusnya "kalau"
- "males" seharusnya "malas"
Teks terlihat rapi dengan spasi dan paragraf yang sesuai.