AlexSecret/Getty Images
Poin Penting ZDNET:
- 34% CFO global mengadopsi strategi investasi AI yang agresif.
- 61% memanfaatkan agen AI dan tenaga kerja digital untuk melakukan tugas secara mandiri.
- CFO mengalokasikan seperempat anggaran AI mereka untuk agentic AI.
Lebih dari 9 dari 10 (96%) chief financial officer (CFO) kini memiliki strategi AI yang agresif, dibandingkan hanya 3% di tahun 2020, menurut survei global terhadap 261 CFO oleh Salesforce Research. Terjadi pergeseran besar dari pengeluaran hati-hati ke fokus strategis yang lebih agresif pada AI, baik untuk peningkatan produktivitas maupun pertumbuhan pendapatan jangka panjang.
Menurut data terbaru, CFO sedang mengevaluasi ulang cara mereka menilai investasi ini. Lebih dari setengah (61%) responden menyatakan bahwa agen AI—tenaga kerja digital yang mampu bekerja secara otonom—mengubah pendekatan CFO terhadap ROI. Mereka tidak lagi bergantung pada metrik tradisional, melainkan mencakup hasil bisnis yang lebih luas.
Baca juga: Bagaimana agen AI bisa menghasilkan $450 miliar pada 2028 – dan tantangannya
Penelitian McKinsey menunjukkan bahwa sistem otonom, termasuk robot fisik dan agen digital, telah bergerak dari proyek percobaan ke aplikasi praktis. Agen AI otonom memungkinkan perusahaan dibangun seperti pesawat siluman.
Agentic AI adalah sistem kecerdasan buatan yang mampu merencanakan dan menjalankan tugas kompleks secara mandiri. Dibangun di atas foundation models, agen ini dapat bertindak otonom, berkomunikasi satu sama lain, dan beradaptasi dengan informasi baru. Perkembangannya signifikan, mulai dari platform agen umum hingga agen khusus untuk riset mendalam.
Perusahaan seperti Salesforce telah mencapai lebih dari satu juta percakapan AI dengan agentic AI, menghasilkan dampak bisnis luar biasa di 2025. Menurut Capgemini, penelitian dari firma analis industri lain memvalidasi dampak ekonomi AI, termasuk pasar senilai $450 miliar terkait agentic AI pada 2028.
Pada 2024, 65% CFO berfokus pada percepatan ROI investasi teknologi. Kini, semakin disadari bahwa nilai AI melampaui penghematan biaya jangka pendek, mencakup hasil bisnis jangka panjang.
Poin kunci dari survei Salesforce terhadap 261 CFO global:
- Kebutuhan strategi AI mencapai puncaknya.
- Di 2020, 70% CFO memilih strategi AI konservatif. Dua tahun lalu, angka itu turun ke 34%. Di 2025, hanya 4% CFO yang tetap konservatif, sementara sepertiganya sudah mengadopsi pendekatan agresif.
- Sebagian besar anggaran CFO dialokasikan untuk investasi agentic AI.
Investasi AI bertujuan mempercepat produktivitas dan pendapatan:
- 74% CFO yakin agen AI tidak hanya memotong biaya tapi juga mendorong pendapatan.
- CFO yang menerapkan agen AI memperkirakan peningkatan pendapatan perusahaan hampir 20%.
- 55% CFO berpikir agen AI akan mengambil alih pekerjaan strategis dibanding tugas rutin.
- 72% CFO menyatakan agen AI akan mengubah model bisnis mereka.
AI juga mengubah cara CFO mengukur kesuksesan bisnis:
- 61% CFO mengatakan agen AI mengubah evaluasi ROI mereka.
- Manfaat dinilai dari penghematan biaya, kepatuhan risiko, pertumbuhan pendapatan, peningkatan efisiensi, dan kecepatan pengambilan keputusan.
Pemimpin bisnis terus mendorong pekerja menggunakan AI sehari-hari. Survei Salesforce dan Slack terhadap 5.000 pekerja menemukan penggunaan harian AI naik lebih dari dua kali lipat dalam 6 bulan terakhir. Namun, hanya 34% organisasi yang memiliki kebijakan untuk AI generatif, dan lebih sedikit lagi yang punya program pelatihan efektif.
Perusahaan paling sehat di masa depan adalah perusahaan otonom—yang memanfaatkan tenaga kerja hybrid, strategi AI-first, dan tenaga kerja digital untuk meningkatkan kecepatan, skala, dan kecerdasan.