Sebelum rilis ulang di AS, film animasi Tiongkok Ne Zha II sudah mencuri perhatian. Tiba-tiba saja, film ini meraih gelar film animasi dengan pendapatan tertinggi sepanjang masa. Dengan capaian miliaran dolar—yang pertama kalinya diraih oleh produksi non-Hollywood—rilis ulang teater dan IMAX oleh A24 semakin memperkuat reputasinya: Ne Zha II bukan sekadar fenomena global, tapi juga kemenangan generasi.
Ditulis dan disutradarai oleh Jiao Zi, Ne Zha II tak membiarkan penonton perlahan masuk ke cerita; alih-alih, mereka langsung dibenamkan ke dunia luas mitologi Tiongkok, Hindu India, dan Buddha, penuh dengan taruhan kosmik dan tontonan spektakuler. Berlanjut dari film 2020, sekuel ini mengisahkan Ne Zha (Crystal Lee), anak ramalan yang ditakdirkan menghancurkan dunia atau menyelamatkannya. Bersamanya adalah sahabatnya, Ao Bing (Aleks Le), juga anak ramalan dengan warisan naga. Film ini dengan cepat merangkum pendahulunya di awal, seolah-olah memperingatkan penonton layaknya iklan obat. Intinya, kisah Ne Zha berpusat pada ikatan kuat kedua anak ini, didukung oleh kasih sayang orang tua Ne Zha—Lord Li Jing (Vincent Rodriguez III) dan Lady Yin (Michelle Yeoh)—serta mentor spiritualnya, Taiyi Zhenren (Rick Zieff). Bersama, mereka membimbing anak-anak ini ke jalan kebaikan.
Jika film pertama berfokus pada pemberontakan melawan takdir, Ne Zha II berkisah tentang kedewasaan mereka. Ne Zha berusaha menuntaskan serangkaian ujian langit yang mustahil untuk menjadi abadi dan memulihkan tubuh Ao Bing (yang kini berbagi tubuh dengannya), sambil menghadang invasi naga di belakang layar. Ao Gang (Christopher Swindle), ayah Ao Bing, percaya putranya sudah tewas. Ada banyak elemen dalam alur Ne Zha II, tapi film ini memastikan penonton paham garis besar cerita sambil memperkenalkan benda mistis dan lore baru—mirip bergabung dalam raid JRPG.
Meskipun bernuansa mitos, Ne Zha II tak ragu menyisipkan kelucuan. Ada humor kotor khas film anak, tapi juga lelucon visual cerdas dan adegan yang bikin ngakak. Yang menonjol adalah Ne Zha sendiri, dengan sikap kekanak-kanakan dan pemberontak ala Bart Simpson. Karismanya menjadi inti emosional film meski alur melaju kencang. Ia begitu menggemaskan saat menghadapi perasaannya dalam cerita penuh ketegangan fisik maupun emosional.
Film ini tak sekadar menampilkan aksi, tapi membanjiri penonton dengannya. Adegan spektakuler di Ne Zha II seakan cukup untuk tiga film, tapi tak terasa berlebihan. Pertarungan epik—entah melawan tikus antropomorfik atau di atas bambu dengan elemen petir di air terjun—begitu intens dan kreatif sampai rasanya aneh film ini tak memungut biaya tambahan. Meski animasi, ini bukan film anak yang polos. Ne Zha II brutal: ada darah, taruhan nyata, dan kemenangan yang diperjuangkan keras, membuat setiap kemenangan terasa epik—terutama di akhir.
Adegan perangnya memadukan keanggunan Crouching Tiger, Hidden Dragon dan kemegahan Asura’s Wrath, dengan gerakan begitu dinamis sampai adegan cutscene game seperti Final Fantasy atau God of War terlihat biasa saja. Koreografi aksinya penuh euforia, bahkan kadang terlalu memukau—seperti melihat tabrakan meteor lambat. Setiap frame Ne Zha II bak lukisan megah, memukau sekaligus memacu adrenalin. Di bioskop IMAX, penonton sampai bergumam takjub sementara anak-anak di samping ternganga menyaksikan visual fantasi tinggi yang spektakuler.
Cerita Ne Zha II bergerak cepat, bahkan narasi masih ada di babak akhir agar penonton tak ketinggalan. Seru, tapi ada konsekuensinya. Beberapa momen emosional terburu-buru, dan sulih suara kadang kurang pas dengan gerak bibir di adegan serius maupun komedi. Tapi, akting Yeoh, Lee, Le, dan Daniel Riordan sebagai antagonis Shen Gongbao memberi bobot yang menutupi kekurangan itu. Meski pacing terkadang melewatkan dampak pertarungan atau kematian karakter, momen emosional tetap terasa—walau beberapa seperti sekilas, bukan luka dalam.
Ne Zha II adalah rollercoaster sinematik. Sebagai film, ini epik animasi yang seolah lahir dari ambisi artistik suatu bangsa. Penuh emosi, visual megah, dan kaya makna, setiap detik dari durasi hampir tiga jam terasa berarti. Ne Zha II mempertahankan kegemilangannya sampai akhir yang heroik, hampir mengorbitkan segalanya. Saat credit roll, Anda akan terengah-engah, seakan menyaksikan tontonan surgawi—dan tergoda menantikan sekuelnya. Ne Zha II kembali ke bioskop dan IMAX pada 22 Agustus.