Mode Suara GPT-5 Bisa Mengobrol dengan Baik, Tapi Jangan Ngobrol dengan ChatGPT di Tempat Umum

Duduk di lobi bengkel mobil menunggu perkiraan biaya perbaikan, aku sadar lupa membawa earbud. Biasanya sih nggak masalah besar, tapi saat itu aku sedang ngobrol lewat ponsel. Dan bukan sama orang lain. Aku ngobrol sama ChatGPT. Rasanya malu banget kayak nanya Siri di seberang ruangan atau ikut Zoom meeting tanpa headphone di kantor terbuka.

Aku sedang mencoba mode suara canggih yang ada di GPT-5, versi terbaru model AI generatif OpenAI di balik ChatGPT. GPT-5 rilis musim panas ini setelah bulanan penuh spekulasi dan penundaan, janjikan pengalaman chatbot lebih cepat dan pintar. Masih belum jelas apakah OpenAI udah memenuhi janjinya. (Catatan: Ziff Davis, perusahaan induk CNET, bulan April lalu menggugat OpenAI karena diduga melanggar hak cipta dalam pelatihan sistem AI mereka.)

GPT-5 punya peningkatan di mode suara canggih, yang intinya memungkinkan kamu ngobrol langsung sama ChatGPT dengan suara pilihan. Pengguna gratis seperti aku sekarang bisa akses versi lanjut (sebelumnya cuma mode suara dasar), sementara pelanggan berbayar dapet limit penggunaan lebih tinggi. Fitur baru GPT-5 lain memungkinkan kamu pilih kepribadian AI yang diinginkan, termasuk avatar yang sok tahu, kutu buku, atau robotik.

Untuk pakai mode suara, buka ChatGPT, ketuk tombol audio di sebelah kolom instruksi, lalu mulai ngobrol. Kamu bisa ganti suara ChatGPT dengan ketuk ikon setelan di pojok kanan atas aplikasi mobile (dua garis bertumpuk dengan lingkaran di atasnya).

Suara AI lebih manusiawi? Gimana pengalamanku

Aku mencoba ngobrol sama ChatGPT kayak sama temen, versi diriku yang lebih antusias. AI ini ketawa pas aku mulai panggilan dengan sapaan “Haiii sayang!”—rasanya lucu tapi juga agak merendahkan.

MEMBACA  Video Konvoi Militer Kamboja yang Salah dihubungkan dengan Konflik Myanmar

Suara ChatGPT mengalir natural dengan ritme akrab, mirip obrolan sama agen layanan pelanggan yang ramah. Masuk akal, karena chatbotnya sendiri bilang mode suara canggih bikinnya terdengar lebih manusiawi.

Suara yang kupakai, “ember”, sering jeda buat ambil napas kayak manusia waktu ngomong panjang. Aneh sih, karena meski ChatGPT berusaha terdengar manusia, kita berdua tau dia nggak perlu jeda buat napas.

Dalam obrolan, ChatGPT lebih empati dari yang kuduga. Dia nanya kabarku, dan aku cerita soal kecelakaan mobil. Dalam 5 menit, dia selipin pernyataan empati di banyak respons, kayak “Aku turut sedih minggumu buruk” atau setuju kalau urus asuransi memang bikin pusing. (Apa ChatGPT pernah telpon agen asuransi atau alami pusing? Kayaknya nggak).

Meski telinga robot simpatik sepele, ini bisa jadi gejala masalah lebih besar. AI yang terlalu manis atau emosional bikin frustasi pengguna yang cuma butuh info. Bahkan berbahaya buat yang pakai AI sebagai terapis, sesuatu yang CEO OpenAI Sam Altman peringatkan. Versi ChatGPT sebelumnya pernah ditarik dan dirilis ulang karena masalah perilaku sok manis ini.

Aku juga nanya hal faktual ke ChatGPT, kayak biaya perbaikan mobil di North Carolina atau tempat buat dapetin estimasi kedua. Responsnya lebih kayak temen daripada chatbot, yang kurang membantu. Misalnya, saat aku ketik permintaan sama di laptop, ChatGPT munculin peta dengan daftar toko plus info harga dan jam buka. Tapi di mode suara, opsi lebih sedikit dan deskripsinya pakai bahasa pemasaran toko, kayak “Mereka udah lama berdiri” atau “Dikenal dengan layanan berkualitas”. Mode suara juga nggak kasih link atau sumber—kurang suka deh.

ChatGPT otomatis transkrip obrolan suara, jadi kamu bisa liat beda detail antara teks biasa (kiri) dan obrolan suara (kanan).

MEMBACA  Seri Kejuaraan Dunia Triathlon 2024 Siaran Langsung: Tonton WTCS Abu Dhabi secara gratis

Pakai ChatGPT voice sebagai teman diskusi

Salah satu keunggulan mode suara adalah jadi partner brainstorming, teman buat bounce ide. Aku minta bantuannya rencanain pesta ulang tahun tema terjun payung, dan dia bantu kembangkan ide baru maupun perbaiki yang udah ada.

Aku beberapa kali menyela ChatGPT, dan dia bisa langsung menyesuaikan pembicaraan. Aku juga cenderung bicara cepat, tapi chatbot ini bisa ikutin tanpa kelewatan. Aku sengaja ngelantur dan alihkan topik, tapi ChatGPT santai aja. Paling penting, saat aku tanya sesuatu tentang topik sebelumnya, dia bisa lanjutin dari titik terakhir. Peningkatan memori ChatGPT patut diapresiasi.

Haruskah kamu pakai ChatGPT voice mode?

Secara keseluruhan, mode suara bagus sebagai alternatif penggunaan ChatGPT, tapi manfaatnya situasional. Kalau butuh riset mendalam dan info detail, mode suara nggak cocok. Tapi kalau cuma pengen ngobrol atau diskusikan masalah dengan lisan, mode ini alternatif yang oke daripada harus mengetik.

Menurutku, ngobrol sama AI di ruang publik—apalagi tanpa headphone—belum jadi hal yang normal. Tapi ini bisa berguna buat yang lebih enak berpikir sambil bicara. Buat info lebih lanjut, cek dampak AI pada mesin pencari dan generator gambar AI terbaik.