Ruang fisik menghadirkan tantangan teknis lain. Salah satunya adalah volume orang: Interstellar Arc dapat menampung hingga 170 peserta sekaligus, kata Raphaël, jumlah yang cukup ramai bahkan untuk ruangan seluas ini.
Hal itu dapat menjadi masalah bagi headset VR pada umumnya, yang mengandalkan kamera dan sensor untuk melakukan triangulasi posisi mereka dalam sebuah ruangan. Perangkat tersebut terkunci pada permukaan tetap ketika Anda sendirian, namun jadi jauh lebih sulit dengan lebih dari 100 orang yang berkeliaran. “Anda mungkin mulai melayang di ruang angkasa dan terpental, menghilang dan muncul kembali di tempat lain,” ujar Raphaël.
F&P menggunakan solusi pintar yang memanfaatkan kamera tambahan yang tertanam di bagian atas headset, mengarah ke atas ke grid cahaya inframerah yang dipasang di plafon seluruh ruangan. Grid itu berfungsi hampir seperti “kode QR raksasa,” menurut Raphaël, membantu setiap headset mempertahankan lokasi pastinya dengan mengunci pada pola unik tersebut.
Etches mengatakan ia pernah melihat pendekatan anti-latenci serupa untuk program VR skala besar, tetapi biasanya menggunakan tanda di dinding atau lantai.
Fitur tersebut tampaknya bekerja, setidaknya dalam pengalaman terbatas saya. Saya tidak pernah melihat adanya pelayangan atau terpental dari anggota grup lain, meski harus diakui tidak ada hampir 170 orang di dalam ruangan pada saat itu.
Melihat ke Depan
Dengan model headset VR konsumen baru yang hadir tiap tahun serta opsi yang lebih ringan dan lincah di cakrawala, Raphaël tahu Interstellar Arc tidak akan bisa mengandalkan teknologi yang sama untuk waktu lama. Ia mengatakan F&P telah mendorong Quest 3S “sejauh mungkin,” dan tim akan menyesuaikan pengalaman itu seiring dengan kedatangan model baru. “Teknologi ini baru saja sampai pada titik di mana ia cukup baik, sangat baru-baru ini, dan ia masih bisa jauh lebih baik,” katanya.
Etches percaya VR telah mulai merambah arus utama dalam tahun-tahun belakangan. Namun ia yakin pengalaman seperti Interstellar Arc justru akan mempercepat tren ini dengan menciptakan setting yang sempurna untuk pengalaman menonton bertema fantasi, historis, atau futuristik. “Anda tak bisa melakukannya dengan cara lain, bukan? Menempatkan seseorang di lokasi dan waktu yang berbeda, tanpa memindahkan mereka secara fisik, dan melakukannya dengan 170 orang sekaligus,” pungkasnya.