Poin Penting dari ZDNET
Netbook Piccolo N150 sekarang dijual seharga $389. Laptop delapan inci ini memiliki layar yang bagus, cukup bertenaga untuk kebanyakan kebutuhan, serta berjalan baik dengan Linux. Namun, keyboard N150 butuh waktu untuk dibiasakan.
Jika diberi pilihan, aku lebih memilih desktop dibanding laptop atau ponsel. Jangan salah paham, aku senang punya Android, tapi mengetik di ponsel tak pernah mudah bagiku. Aku suka touch typing dan cukup mahir (wajar, mengingat seberapa sering aku menulis).
Baca juga:
Microsoft Edge ternyata bagus di Linux—ini alasannya
Saat terpaksa menulis atau mengedit di ponsel, pengalamannya buruk, jadi aku menghindarinya sebisa mungkin. Tapi apa solusinya kalau sedang bepergian dan tas tak muat untuk laptop ukuran penuh?
Jawabannya: pakai yang mini. Atau lebih tepatnya, sangat kecil.
Piccolo N150 Netbook adalah "laptop mini" delapan inci yang mirip tablet atau electronic organizer tahun 90-an. Saat pertama kali memegangnya, aku langsung senang. Sejak kecil, aku suka benda-benda kecil, dan Piccolo ini mengingatkan pada nostalgia masa lalu.
Tapi, laptop delapan inci ini bukan mainan. Bobot chassis-nya terasa solid. Saat menyalakannya, yang muncul adalah Windows 11. Tak perlu diragukan lagi, aku tidak suka Windows, jadi aku langsung menginstal Linux.
Lebih tepatnya, KDE Neon. Aku tahu aku akan lebih nyaman dengan antarmuka KDE Plasma karena lebih cocok untuk layar sentuh kecil. Proses instalasinya mudah, dan hanya ada satu masalah dengan audio.
Baca juga:
Kapan sebaiknya membayar untuk Linux? 5 alasan aku melakukannya
Setelah upgrade penuh, sound card terdeteksi dan semuanya berfungsi lancar. Aku bisa menggunakan Piccolo N150 sama baiknya di Linux seperti di Windows—aku senang sekali.
Namun, butuh waktu untuk membiasakan diri dengan keyboard-nya. Tata letaknya aneh, dan jari-jariku perlu adaptasi. Ini wajar untuk perangkat sekecil ini—tidak mungkin memasang keyboard ukuran penuh di bingkai delapan inci. Justru, tata letak ini cukup pintar agar sebagian tombol tetap berukuran normal. Kalau tombolnya kecil-kecil, pasti lebih merepotkan.
Dari segi hardware lain, layarnya jauh lebih bagus dari yang kuduga untuk ukuran segini, dan build-nya kokoh meski mini. Hanya suaranya yang kecil dan tipis (tapi setidaknya jernih).
Baca juga:
5 produk pengganti yang mungkin lebih baik dari aslinya
Selama pengujian, aku mencoba menginstal Ollama/Msty untuk melihat performa N150 dalam menangani AI lokal. Hasilnya cukup baik—tidak secepat System76 Thelio, tapi responsnya cepat dan kipas hanya bekerja sebentar.
Aku tidak melakukan benchmark karena bukan prioritas untuk perangkat sekecil ini. Laptop ukuran ini dibeli untuk portabilitas, bukan performa. Fakta bahwa N150 bisa menjalankan Linux dengan sempurna adalah nilai tambah besar.
Saran Beli dari ZDNET
Laptop sekecil ini tidak cocok untuk semua orang. Jika bisa beradaptasi dengan keyboard-nya, ini perangkat yang bagus untuk dibawa ke mana saja—baik untuk menulis novel di bus atau mengerjakan kode.
Piccolo N150 bukan mainan, tapi juga bukan untuk tugas berat. Jika ukurannya cocok dan bisa menerima keyboard yang sempit, laptop mini ini layak dimiliki. Namun, ini bukan pilihan ideal untuk gaming, meski mungkin bisa menjalankan beberapa game low-spec lewat Steam.
Spesifikasi Piccolo N150 Netbook
- CPU: Intel Alder Lake N100 (4 core, 4 thread, turbo hingga 3.6 GHz)
- GPU: Intel Graphics 24EUs 1000 MHz
- Ukuran: 7.9" x 5.142" x 0.70"
- Berat: 1.45 pon
- Layar: IPS LCD 1920×1200 (16:10)
- Baterai: Polymer 7.4V/300mAh (6 jam pemakaian)
- RAM: 12GB (on board)
- Penyimpanan: 512GB
- Kamera: Depan 2.0MP
- Speaker: 1W x 2
- Konektivitas: Bluetooth 5.2 & Wi-Fi 6
- Fingerprint reader di tombol power
- Port: MicroSD, 1x USB 3.0, 1x USB 2.0, jack 3.5mm, mini HDMI
- Harga: $389 di situs X-Plus