Penulis menyadari bahwa topik distorsi realitas sedang populer saat ini, terutama dengan munculnya Apple Vision Pro yang melengkungkan realitas kita. Namun, distorsi realitas ini telah ada sejak lama, terutama dalam pemasaran teknologi.
Pada tahun 1981, Wakil Presiden Apple saat itu, Bud Tribble, menggunakan istilah tersebut untuk menggambarkan karisma Steve Jobs. Sejak saat itu, begitu banyak pesaing teknologi yang menggunakan frase tersebut untuk mengekspresikan frustrasi mereka terhadap kemampuan Apple untuk meyakinkan orang biasa bahwa produknya istimewa.
Meskipun agensi periklanan di seluruh dunia menganggap komunikasi pemasaran Apple sebagai puncak kejeniusan, perlu diingat bahwa kejeniusan yang disebutkan tersebut tidak menggunakan tanda seru.
Sebagai seorang jurnalis, saya merasa perlu menyoroti penggunaan tanda seru dalam komunikasi pemasaran. Terutama dalam eksperimen saya yang mengungkap bahwa sebagian besar startup teratas Amerika tidak merasa perlu menggunakan tanda seru untuk mengekspresikan kegembiraan mereka.
Saya berharap pembaca dapat mempertimbangkan penggunaan tanda seru dengan bijaksana, mengingat bahwa produk yang ditawarkan seharusnya dapat berbicara sendiri tanpa perlu terlalu berlebihan dalam ekspresi kegembiraan.