Setiap minggu, Netflix merilis daftar 10 film dan acara TV teratas yang mendominasi platformnya. Untuk minggu 21 Juli, seri dokumenter baru berjudul Critical: Between Life and Death berhasil mencuri perhatian penonton dengan menduduki peringkat ke-7 sebagai acara paling banyak ditonton. Meski serial medis seperti The Pitt, Pulse, dan ER selalu populer, Critical berbeda karena menampilkan keadaan darurat nyata secara langsung tanpa skrip. Daya tarik utamanya terletak pada intensitas dan risiko tinggi dalam situasi tersebut, tanpa menutupi adegan berdarah, luka terbuka, serta kepanikan pasien beserta keluarga mereka.
Yang menarik, acara ini cepat keluar dari 10 besar—hanya bertahan seminggu. Bukan berarti tidak populer, tapi menurutku, mungkin terlalu intens bagi sebagian orang. Itu reaksiku juga. Setelah beberapa episode, aku tak sanggup lagi menyaksikan peristiwa traumatis yang terus berdatangan. Bahkan, aku heran bisa bertahan setelah episode pertama yang menampilkan empat orang terlempar atau tertimpa wahana hiburan yang rusak. Mengingat ini puncak musim panas dan ada Six Flags dekat sini yang sering kukunjungi bersama anak-anak, ini bukan pemandangan yang ingin kulihat. Adegan nyata ini mungkin membuatku kapok ke taman hiburan selamanya.
Aku yakin bukan satu-satunya yang selalu merasa cemas saat naik wahana ekstrem, seolah menjadi pemeran dalam Final Destination. Dan inilah buktinya—ketakutan itu, meski jarang terjadi, bisa menjadi kenyataan.
Episode ini menggambarkan pusat panggilan rumah sakit yang pertama kali menerima laporan runtuhnya wahana tersebut. Kita menyaksikan ambulans, helikopter, dan tim darurat dikirim ke lokasi, lalu kembali dengan pasien yang kebanyakan tidak sadarkan diri. Empat korban dari "funfair" (sebutan di acara ini) dibawa ke berbagai pusat trauma di London, sementara 40 kamera mengikuti perjalanan mereka dan tim medis yang menanganinya.
Kita disuguhi tayangan langsung saat tubuh mereka dibedah, dipindai, dan diperiksa untuk menilai kerusakan fisik maupun saraf. Sebagai orang yang jijik melihat video Dr. Pimple Popper, ada beberapa adegan yang memaksaku menoleh. (Spoiler: Semua pasien selamat dan kembali menjalani hidup normal.)
Acara ini juga menyoroti fakta bahwa 50% panggilan ke pusat trauma di London disebabkan kekerasan; kecelakaan seperti ini jauh lebih jarang. Tapi tetap saja, bayangan wahana berputar raksasa yang terlepas dan menjadi proyektil terbang akan selalu membuatku panik.
Critical: Between Life and Death adalah tayangan luar biasa karena keberanian kru film mendekati aksi mematikan tersebut. Namun, menontonnya justru memunculkan ketakutan yang tak pernah kusadari sebelumnya. Setidaknya saat menonton The Pitt, ada kenyamanan bahwa itu hanya fiksi. Di sini, tidak ada hiburan semacam itu.